Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Penderitaan Anak-anak Pengungsi Rohingya, Empat Sekolah Yang Dibangun UNICEF Hangus Dilalap Api

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 20 Januari 2021, 11:41 WIB
Penderitaan Anak-anak Pengungsi Rohingya, Empat Sekolah Yang Dibangun UNICEF Hangus Dilalap Api
Gedung sekolah anak-anak pengungsi Rohingya di Bangladesh dilalap api pada Selasa 19 Januari 2021/Net
rmol news logo Nasib malang menimpa anak-anak etnis Rohingya yang saat ini berada di kamp pengungsian di Bangladesh, setelah empat sekolah yang dibangun UNICEF hancur akibat kebakaran yang masih belum jelas peyebabnya pada Senin (18/1) waktu setempat. Kebakaran, yang menurut badan anak-anak PBB sengaja dilakukan oleh pihak tak bertanggung jawab itu terjadi saat sekolah dalam keadaan kosong.

Pekan lalu, kobaran api yang diperkirakan dimulai oleh kompor gas yang membakar ratusan gubuk bambu di salah satu kamp, menyebabkan ribuan pengungsi yang berasal dari Myanmar itu kehilangan tempat tinggal.

Razwan Hayat, komisaris pengungsi Bangladesh, mengatakan kepada AFP bahwa dia yakin kebakaran terbaru tidak disulut dengan sengaja. Mereja juga mengatakan bahwa sekolah-sekolah itu terbuat dari bahan yang mudah terbakar dan rapuh.

“Kami sedang menyelidiki. Tapi kami pikir itu kecelakaan. Pusat-pusat ini bukan bangunan permanen,” katanya.

Sebaliknya, akun Twitter UNICEF Bangladesh @UNICEFBD mengatakan pada Senin (18/1) bahwa insiden itu adalah pembakaran, bukan kebakaran.

“#UNICEF mengutuk serangan pembakaran tadi malam di empat Pusat Pembelajaran di #Rohingya#refugee kamp di Cox's Bazar,” cuitnya.

“Insiden ini semakin mengganggu pembelajaran bagi lebih dari 300 anak pengungsi yang sudah tidak mampu yang kehilangan fasilitas pendidikan mereka,” lanjut mereka.

UNICEF menjalankan sekitar 2.500 pusat pembelajaran di 34 kamp pengungsi di distrik perbatasan tenggara Bangladesh di Cox's Bazar. Sekitar 240 ribu anak Rohingya belajar di dalamnya sebelum pandemi.

Mereka telah ditutup selama berbulan-bulan karena langkah-langkah untuk memerangi penyebaran virus corona baru tetapi diperkirakan akan dibuka lagi mulai bulan depan, kata pekerja bantuan.

Mereka yang tinggal di kamp-kamp itu termasuk sekitar 750 ribu etnis Rohingya yang melarikan diri dari tindakan keras militer yang brutal di Myanmar pada 2017 yang oleh PBB disamakan dengan pembersihan etnis.

Kemungkinan kecil dari mereka kembali ke Myanmar, menyebabkan ketegangan dengan penduduk lokal dan mendorong banyak orang untuk melakukan perjalanan laut yang berbahaya ke Malaysia dan Indonesia.

Beberapa bulan terakhir telah terjadi bentrokan antara kelompok-kelompok termasuk militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), menewaskan tujuh orang dan banyak rumah yang dibakar. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA