Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jadi Menkeu Perempuan Pertama AS, Begini Rekam Jejak Janet Yellen

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 26 Januari 2021, 13:28 WIB
Jadi Menkeu Perempuan Pertama AS, Begini Rekam Jejak Janet Yellen
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen/Net
rmol news logo Senat Amerika Serikat (AS) sudah mengonfirmasi Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan untuk pemerintahan Presiden Joe Biden pada Senin (25/1).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Dengan 84 suara Senator mendukung dan 14 menolak, Yellen menjadi perempuan pertama yang memimpin Departemen Keuangan AS. Ia juga menjadi anggota ketiga dari Kabinet Biden yang mendapat konfirmasi Senat, setelah Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Direktur Intelijen Nasional Avril Haines.

Sebelum pemungutan suara, Pemimpin Mayoritas Senat dari Demokrat Chuck Schumer mengatakan Yellen mendapat dukungan bipartisan. Ia juga memuji pengalaman dan pencapaian Yellen yang digambarkannya "menakjubkan".

Yellen sendiri dipilih oleh Biden sebagai bagian dari mantan pemerintahan Barack Obama. Pasalnya selama pemerintahan Obama, Yellen ditunjuk sebagai kepala Federal Reserve dan mundur pada 2018.

Dari 1994 hingga 1997, Yellen adalah anggota Dewan Gubernur Federal Reserve, kemudian menjadi ketua Dewan Penasihat Ekonomi di bawah mantan Presiden Bill Clinton hingga 1999.

Dia adalah presiden Federal Reserve Bank San Francisco dari 2004 hingga 2010, dan kemudian menjadi wakil ketua Federal Reserve.

Yellen dikenal sebagai kritikus yang vokal terhadap kebijakan ekonomi Trump. Ia dianggap sebagai 'merpati moneter', seseorang yang menempatkan masalah seperti pengangguran rendah dan kebutuhan sosial di atas inflasi rendah.

Sebelum sidang konfirmasi di Komite Keuangan pekan lalu, Yellen mengatakan bahwa Amerika menghadapi risiko resesi yang lebih lama dan lebih menyakitkan, kecuali ada tindakan yang diambil.

Secara khusus, dia mendesak paket stimulus bantuan Covid-19 yang akan memberikan pembayaran tambahan 1.400 dolar AS kepada individu yang berpenghasilan di bawah 75 ribu dolar AS per tahun, serta memperluas tunjangan pengangguran dan bantuan untuk bisnis kecil.

Yellen juga menyuarakan dukungannya untuk menaikkan upah minimum di AS, dari 7,25 dolar AS per jam menjadi 15 dolar AS per jam.

"Tantangan yang kita hadapi belum pernah terjadi sebelumnya, dan mengatasi krisis ekonomi dan kesehatan masyarakat akan membutuhkan tindakan yang berani," ujar Yellen pada akhir tahun 2020.

Yellen menyatakan dukungannya untuk bekerja dengan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) untuk memperbarui aturan perpajakan digital globa guna mengamankan daya saing perusahaan AS.

Mengenai mata uang nasional AS, Yellen berjanji untuk mempertahankan ekonomi yang sehat agar membantu dolar AS untuk tetap menjadi mata uang cadangan dominan dunia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA