Dari laporan
Wall Street Journal, Pentagon berupaya mengubah tiga fasilitas militer Saudi menjadi pangkalan penggunaan ganda. Itu dilakukan sebagai persiapan jika terjadi konflik dengan Iran.
Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Marinir Frank McKenzie menyebut tiga fasilitas Saudi tersebut adalah pelabuhan Yanbu di Laut Merah dekat Madinah, Pangkalan Udara Raja Fahd di Taif, dan Pangkalan Udara Raja Faisal di Tabuk yang berbatasan dengan Israel.
Pada 1980-an hingga 1990-an, AS beroperasi di beberapa pangkalan Saudi. Mereka kemudian ditarik keluar pada 2003, setelah diduga Osama bin Laen melakukan serangan 11/9 karena kehadiran AS di dekat Mekah.
Kemudian sekitar 2.500 tentara AS kembali ke Pangkalan Udara Pangeran Sultan pada Februari lalu. Mereka berada di bawah misi pertahanan udara berbasis darat dan udara.
"Ini adalah langkah-langkah perencanaan militer yang bijaksana yang memungkinkan akses sementara atau bersyarat dari fasilitas jika terjadi kontingensi, dan tidak provokatif dengan cara apa pun, juga bukan perluasan jejak kaki AS di kawasan, secara umum, atau di kerajaan Arab Saudi, khususnya," jelas jurubicara Komando Pusat AS, Kapten Angkatan Laut Bill Urban, seperti dikutip
Sputnik.
McKenzie mengatakan AS telah menguji bongkar muat kargo di Yanbu, fasilitas ekspor minyak utama dan ujung barat pipa minyak mentah East-West yang beroperasi dari Abqaiq.
Kehadiran AS di Saudi juga disebutkan untuk membantu melawan Houthi, mengingat saluran pipa dan fasilitas Abqaiq kerap menjadi target serangan kelompok tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: