Netanyahu menilai, keputusan tersebut tidak akan mempengaruhi perjanjian kesepakatan normalisasi yang telah ditandatangani tahun lalu antara Tel Aviv dan negara-negara Arab yang ditengahi AS.
"Saya pikir kami berada pada titik tidak bisa mengubah (dalam hal normalisasi)," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan saat berkunjung ke kota Negev pada Kamis (28/1) waktu setempat, seperti dikutip dari
Anadolu Agency, Jumat (28/1).
Sebelumnya, pada Rabu (27/1), Departemen Luar Negeri AS untuk sementara telah memutuskan untuk membekukan beberapa penjualan militer yang telah disetujui oleh pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, termasuk penjualan F-35 ke UEA.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa mereka dengan hati-hati meninjau kembali janji yang dibuat oleh pemerintahan mantan Presiden Donald Trump ke negara-negara Arab, yang dijadikan sebagai imbalan untuk menormalkan hubungan dengan Israel.
Pemerintahan Trump secara resmi mengijinkan penjualan jet siluman pada November lalu, setelah UEA menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai bagian dari Perjanjian Abraham.
Pada 22 Januari, UEA mengonfirmasi bahwa surat perjanjian telah diselesaikan untuk kesepakatan dengan AS senilai sekitar 23 miliar dolar AS dan termasuk hingga 50 jet tempur F-35A senilai10,4 miliar dolar, 18 drone MQ-9B senilai 2,97 miliar dolar dan berbagai amunisi senilai 10 miliar dolar AS.
Dalam sebuah pernyataan, Kedutaan Besar UEA di Washington mengatakan bahwa surat kesepakatan diselesaikan pada 20 Januari, hari terakhir masa jabatan Trump.
UEA yang merupakan sekutu penting AS di Timur Tengah, telah berupaya agar bisa membeli jet tempur F-35 sejak lama.
Perjanjian normalisasi dengan Israel membuka jalan bagi UEA untuk mendapatkan jet tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: