Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Abaikan Protokol Kesehatan, Ribuan Orang Berjubah Hitam Padati Pemakaman Rabi Terkemuka Israel

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 01 Februari 2021, 06:50 WIB
Abaikan Protokol Kesehatan, Ribuan Orang Berjubah Hitam Padati Pemakaman Rabi Terkemuka Israel
Arak-arakan para pengiring pemakaman Rabbi Meshulam Soloveitchik memenuhi jalan-jalan di Yerusalem/Net
rmol news logo Ribuan warga Israel ultra-Ortodoks memadati pemakaman Rabbi Meshulam Soloveitchik, seorang rabi terkemuka di Yerusalem, pada Minggu (31/1) waktu setempat.

Seakan tak peduli pada seruan pemerintah soal pembatasan pertemuan karena Covid-19, ribuan orang berjubah hitam yang sebagian tanpa masker, mengikuti prosesi pemakaman Soloveitchik. Arak-arakan para pengiring berjalan melalui jalan-jalan Yerusalem. Ini seolah menjadi bentuk terbaru dari penolakan ultra-Ortodoks Israel untuk menghormati pembatasan virus corona selama ini.

Polisi memperkirakan ada lebih dari 10.000 orang yang bergabung dalam prosesi tersebut dan mengatakan mereka telah mengeluarkan lusinan sanksi karena banyaknya orang yang tidak mematuhi aturan kuncian, seperti dilaporkan AP, Minggu (31/1).

Fenomena tersebut juga telah merusak kampanye vaksinasi agresif negara itu untuk mengendalikan wabah yang mengamuk di negara itu.

Tidak jelas apa penyebab kematian rabi berusia 99 tahun tersebut. Namun, media Israel mengatakan Soloveitchik baru-baru ini menderita Covid-19.

Kementerian Kesehatan Israel telah mencatat lebih dari 640.000 kasus virus corona yang dikonfirmasi dan setidaknya 4.745 kematian sejak dimulainya pandemi.

Israel baru-baru ini mencatat rata-rata lebih dari 6.000 kasus virus corona yang dikonfirmasi setiap hari, salah satu tingkat infeksi tertinggi di negara berkembang. Pada saat yang sama, Israel telah memvaksinasi lebih dari 3 juta warganya, juga salah satu tingkat per kapita tertinggi di dunia.

Banyak sekte ultra-Ortodoks tetap membuka sekolah, seminari, dan sinagog, serta mengadakan pernikahan massal dan pemakaman yang melanggar pembatasan penguncian. Sementara Israel telah menutup sekolah dan banyak bisnis di bagian lain.

Beberapa minggu terakhir ini telah terjadi bentrokan kekerasan antara anggota komunitas ultra-Ortodoks yang melanggar aturan dengan petugas polisi yang mencoba menegakkannya.
Para pemimpin Ultra-Ortodoks mengatakan mereka telah dipilih secara tidak adil dan berpendapat publik sekuler negara itu tidak memahami pentingnya doa publik dan studi agama di komunitas mereka.

Alih-alih menuruti aturan pemerintah, mereka malah menyalahkan kondisi kehidupan yang padat atas wabah yang kini mencekik negara Yahudi tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA