Aksi protes yang berlangsung pada Minggu (31/1) dilakukan di berbagai penjuru negeri, di mana pengunjuk rasa menuntut pembebasan Navalny yang ditahan ketika kembali ke Moskow dari Jerman pada 17 Januari.
Di sekitar Kremlin, polisi melakukan penguncian keamanan besar-besaran. Stasiun metro ditutup sementara ratusan polisi anti huru hara dikerahkan.
Dilaporkan
Reuters, sejumlah pengunjuk rasa berbaris menuju penjara di Moskow bagian utara, tempat Navalny ditahan.
"Biarkan dia pergi!" teriak para pengunjuk rasa, menuntut agar Navalny dibebaskan.
Polisi sendiri menyebut aksi protes bersifat ilegal karena tidak mendapatkan izin dan dapat menyebarkan Covid-19.
Di St Petersburg dan Moskow, polisi menggunakan kekerasan untuk menahan pengunjuk rasa dan kadang-kadang terlihat menggunakan alat kejut listrik. Kepala seorang pengunjuk rasa tampak berlumuran darah dan diperban.
Sebuah kelompok pemantau protes, OVD-Info menyebut setidaknya terdapat 5.021 orang yang ditahan dalam aksi protes di seluruh negeri, termasuk 1.608 di antaranya di Moskow.
Yulia Navalny, istri Navalny, termasuk di antara mereka yang ditahan. Dia kemudian dibebaskan.
"Jika kita tetap diam, maka mereka bisa datang untuk kita besok," tulisnya di Instagram sebelum bergabung dengan protes.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.