Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Polisi Israel Dituntut Pertanyaan Mengapa Diamkan Ribuan Massa Di Pemakaman Seorang Rabi, Ini Jawabnya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 01 Februari 2021, 15:09 WIB
Polisi Israel Dituntut Pertanyaan Mengapa Diamkan Ribuan Massa Di Pemakaman Seorang Rabi, Ini Jawabnya
Kerumunan massa mencapai 10.000 orang yang memadati jalan-jalan di Yerusalem untuk menghadiri pemakaman Rabi Meshulam Soloveitchik, Minggu 31 Januari 2021/Net
rmol news logo Aparat polisi di Yerusalem mengatakan, mereka tidak mungkin membubarkan ribuan massa yang mengiringi pemakaman seorang Rabi terkemuda Israel. Upaya apa pun untuk mencegah mereka akan mengakibatkan bentrokan yang mengerikan bahkan 'pertumpahan darah'.

Jumlah massa yang mengiringi pemakaman itu nyaris 10.000 orang. Itu artinya dibutuhkan ribuan pula petugas untuk menghentikannya.

"Dalam periode waktu antara pengumuman pemakaman dan dimulai pemakaman begitu dekat, tidak ada pilihan untuk mengambil tindakan (apa pun)," kata aparat.

Apalagi di antara barisan massa itu terdapat sejumlah anak-anak dan wanita. Apa jadinya jika polisi mengurai kerumuman dengan gas air mata.

Seorang pejabat senior polisi berkata, “Apa yang Anda harapkan? Bahwa kami akan menggunakan kekerasan sehingga menimbulkan korban?" tanyanya, sepertu dikutip dari Times of Israel, Senin (1/).

Meshulam Soloveitchik, seorang rabi terkemuka di Yerusalem, meninggal dalam usia 99 tahun dan dimakamkan pada Minggu (31/1) waktu setempat.  Ribuan warga Israel ultra-Ortodoks memadati pemakaman rabi, melanggar aturan jarak sosial dan pertemuan massal saat Israel tengah berjuang menangani krisis kesehatan.

Ribuan orang berjubah hitam yang sebagian tanpa masker, mengikuti prosesi pemakaman Soloveitchik. Arak-arakan para pengiring berjalan melalui jalan-jalan Yerusalem, menjadi bentuk terbaru dari penolakan ultra-Ortodoks Israel untuk menghormati pembatasan virus corona selama ini.

Komunitas ultra-Ortodoks atau Haredi, telah berulang kali melanggar aturan pembatasan Covid-19. Mereka juga kerap membangkang aturan pemerintah dan mengabaikan protokol kesehatan.

Untuk kerumuman yang baru saja terjadi, sulit bagi aparat polisi untuk mengambil tindakan.

Ofer Shumer, seorang pejabat senior polisi Yerusalem, mengatakan, jajarannya telah melakukan apa yang mereka bisa. Sebelum kerumuman semakin banyak, mereka telah menghentikan sekitar 60 bus menuju ke pemakaman dan mengembalikan mereka serta mengeluarkan sekitar 100 denda. Namun, massa terus berdatangan tanpa terduga.

Shumer mengatakan, pemimpin mereka harus bertanggung jawab. Bagaimana pun dengan kerumuman yang luar biasa itu polisi tidak dapat menangani semua orang.

“Saya pribadi melihat 1.000 anak berusia 10-14 tahun. Ultra-Ortodoks bukanlah musuh kita. Mereka adalah warga Israel,” kata Shumer. “Saya tidak akan menumpahkan darah untuk menegakkan pembatasan virus corona. Kami tidak akan menumpahkan darah. polisi tidak akan melakukannya."

Shumer menekankan itu bukan pekerjaan mudah. Sementara pejabat polisi lain mengatakan, bisa saja para polisi itu membubarkan ribuan orang itu tentunya dengan jumlah aparat yang jauh lebih banyak dari jumlah massa.

“Apa pun bisa dibubarkan. Pertanyaannya adalah berapa biayanya,” tanyanya.

Jika polisi membubarkan paksa pemakaman, termasuk dengan menggunakan gas air mata, meriam air, dan pentungan, maka akan berakhir dengan ratusan orang terluka di antara pengunjuk rasa dan polisi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA