Kritik itu disampaikan Aliyev dalam saluran televisi pemerintah Azerbaijan pada Senin (1/2). Ia menyebut saat ini terjadi krisis antara beberapa negara terkait pasokan vaksin Covid-19.
Salah satu yang disampaikan Aliyev adalah Inggris dan Uni Eropa. Aliyev mengatakan Uni Eropa menuding Inggris tidak adil dalam mendistribusikan vaksin yang mereka produksi.
"Dinyatakan bahwa 13 persen warga Inggris dan 2 persen warga UE telah divaksinasi. Dalam hal ini, 75 persen populasi akan divaksinasi di Inggris hingga Juli dan di UE hingga Oktober," jelas Aliyev, seperti dikutip
Anadolu Agency.
"Apa yang harus dipikirkan negara lain jika negara maju tidak dapat membagikan vaksin ini secara adil dan saling menuduh? Siapa yang akan membantu negara-negara miskin dan orang-orang dari negara berkembang? Tidak ada yang memikirkannya. Saya belum mendengar panggilan seperti itu dari para pemimpin banyak negara maju," lanjutnya.
Sebagai Ketua Gerakan Non-Blok hingga 2022, Aliyev mengatakan, Azerbaijan akan terus bersuara terkait pasokan vaksin. Ia juga akan meningkatkan upaya agar vaksinasi dapat meningkat.
Menurut Aliyev, perebutan vaksin, terutama antar negara kaya, berdampak negatif pada produsen vaksin. Ia menekankan bahwa situasi ini meningkatkan ketidakpercayaan antar negara.
Lebih lanjut, ia bahkan menggambarkan situasi perebutan vaksin seperti neokolonial tidak resmi.
Pada 19 Januari, Azerbaijan meluncurkan tahap pertama program vaksinasi terhadap virus korona baru dengan staf perawatan kesehatan menjadi kelompok prioritas.
Azerbaijan berencana untuk secara bertahap menerima 4 juta dosis vaksin Covid-19 dan bertujuan untuk memvaksinasi 40 persen populasi dengan mendapatkan lebih banyak dosis nanti.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.