Hal itu disampaikan Biden dalam pernyataan resmi, saat melakukan kunjungan pertamanya ke Departemen Luar Negeri AS sebagai presiden, Kamis (4/2) waktu setempat.
"Perang telah menciptakan bencana kemanusiaan dan strategis ," ujar Biden kepada para diplomat, seperti dikutip dari
AFP, Jumat (5/2).
"Perang ini harus diakhiri," tegasnya.
Pembalikan kebijakan Yaman adalah salah satu dari serangkaian perubahan yang ditetapkan Biden pada hari Kamis, yang menurutnya akan menjadi bagian dari koreksi arah untuk kebijakan luar negeri AS. Itu setelah Presiden Donald Trump, dan beberapa pemerintahan AS sebelumnya, yang sering kali membantu para pemimpin otoriter di luar negeri atas nama stabilitas.
Di saat yang sama, Biden juga mengumumkan diakhirinya penjualan senjata AS yang relevan tetapi tidak memberikan rincian langsung tentang apa artinya itu.
Pemerintah AS sendiri telah mengatakan bahwa pihaknya sedang menghentikan beberapa kesepakatan senjata bernilai miliaran dolar AS dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, mitra utama Arab Saudi dalam serangan Yamannya.
Biden, pada Kamis juga menyerukan agar segera dilakukan gencatan senjata, pembukaan saluran kemanusiaan untuk memungkinkan lebih banyak pengiriman bantuan, dan kembali ke pembicaraan damai yang telah lama macet.
Sementara, penasehat keamanan nasional Jake Sullivan mengatakan pebalikan kebijakan soal Yaman tidak akan berpengaruh pada operasi AS terhadap kelompok Al-Qaeda yang bermarkas di kawasan tersebut.
"Berakhirnya dukungan AS untuk serangan itu tidak akan mempengaruhi operasi AS terhadap kelompok Al Qaeda yang bermarkas di Yaman di Semenanjung Arab, atau AQAP," jelasnya.
Keputusan terbaru Biden soal Yaman adalah sebagai pemenuhan salah satu janji kampanyenya, tapi itu juga menunjukkan tekadnya dalam menyoroti krisis kemanusiaan besar yang telah diperburuk oleh Amerika Serikat di kawasan tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, Biden juga mengumumkan penunjukkan Timothy Lenderking sebagai utusan khusus AS untuk Yaman.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: