"Kami tidak memiliki keinginan untuk mengakui pemerintahan militer yang baru," ujar mereka dalam berbagai postingan.
'Kampanye Pembangkangan Sipil' telah bergerak sejak 2 Februari, satu hari setelah terjadi kudeta. Namun meningkat dalam beberapa hari terakhir seiring dengan meluaskan dukungan untuk Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar.
Para staf melakukan Kampanye Pita Merah di tempat kerja, menunjukkan ketidaksenangan mereka atas tindakan militer.
"Kami menunjukkan keberatan kami atas pemindahan kekuatan paksa militer dengan mengenakan pita merah saat bekerja," kata seorang insinyur penerbangan, seperti dikutip dari
Myanmar Time, Jumat (5/2).
Sekitar 50 pramugari juga ikut kampanye dengan tidak masuk kerja, tambahnya.
Direktur Myanmar National Airlines U Naing Saw Lwin belum bersuara, kecuali mengatakan ia belum melihat apa yang terjadi di kantor pusat. Saat ini maskapai tengah berkonsentrasi pada pembukaan penerbangan yang baru saja dilakukan Kamis (4/2).
Gerakan Pembangkangan Sipil pertama kali diluncurkan pada 2 Februari oleh asisten dokter sebagai protes terhadap pemindahan paksa kekuasaan Tatmadaw dan keadaan darurat satu tahun yang diberlakukan oleh pemerintah militer.
Gerakan ini telah mendapat dukungan publik yang luas dan telah diikuti oleh lebih dari 80 rumah sakit dan banyak institusi lain di seluruh negeri, termasuk maskapai penerbangan negara.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: