Negara pecahan Soviet itu sedang menunggu pengiriman delapan juta dosis yang dijanjikan di bawah program Covax Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lima juta dosis dari CoronaVac China.
Zelensky juga telah mengamankan 12 juta dosis vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Novavax, tetapi itu masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan negara yang berjumlah 40 juta itu.
Angka kematian karena Covid-19 di negara itu tercatat sebanyak 24 ribu kematian per Kamis (11/2) dengan total kasus sebanyak 1,2 juta. Membuat otoritas perlu melakukan upaya lebih kuat lagi untuk menahan penyebaran virus.
Di tengah perjuangan mendapatkan vaksin, Ukraina telah menolak vaksin Sputnik V buatan Rusia. Pada 8 Februari, dalam situs resmi pemerintah, Ukraina mensahkan resolusi pelarangan penawaran vaksin dari 'negara agresor', sebutan Ukraina untuk Rusia sejak 2015.
The Moscow Time pada Kamis (11/2) melaporkan bahwa politisi pro-barat Ukraina berulangkali menolak bujukan politisi pro-Moskow untuk menyetujui jab Sputnik V Rusia, mengecam vaksin itu sebagai alat geopolitik.
Sejauh ini Ukraina telah memerangi separatis yang didukung oleh Rusia di wilayah Donetsk dan Lugansk sejak 2014 menyusul aneksasi Moskow atas semenanjung Krimea.
Di tengah pelarangan itu, vaksin Sputnik V telah diluncurkan di wilayah yang memisahkan diri di timur Ukraina yang dikendalikan oleh separatis yang didukung Kremlin. Ukraina telah meluncurkan penyelidikan terhadap pembelian vaksin itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: