Pengiriman vaksin itu dilakukan setelah sempat diblokir oleh Israel awal pekan ini.
Mengutip kabar yang dimuat
Al Jazeera, pejabat Palestina dan Israel mengatakan bahwa pengiriman dilakukan oleh Otoritas Palestina (PA) dari Tepi Barat yang diduduki. Vaksin yang dikirim adalah vaksin Sputnik V Rusia dan cukup untuk menginokulasi 1.000 orang dalam rejimen dua kali suntikan.
"Kami akan menggunakan dosis tersebut untuk memvaksinasi pasien yang menjalani transplantasi organ dan mereka yang menderita gagal ginjal,†kata seorang pejabat Kementerian Kesehatan Gaza Majdi Dhair.
“Tenaga medis tidak akan divaksinasi kali ini karena pengiriman tidak cukup,†sambungnya.
Pengiriman vaksin yang terlebih dulu melalui Israel ini sempat tertahan. Pasalnya, politisi sayap kanan Israel sempat mengecam dan meminta agar pemerintah terlebih dulu melakukan transfer bersyarat pada pembebasan dua warga sipil Israel yang diyakini ditahan di Gaza. Selain itu mereka juga menuntut dikembalikannya dua jenazah tentara Israel yang tewas dalam serangan 2014 di Gaza.
Permintaan itu dan penahanan pengiriman vaksin yang dilakukan Israel menuai kecaman internasional karena menilai bahwa hal itu menghambat penangulangan pandemi Covid-19 di Gaza.
Di tengah tekanan banyak pihak, terutama kelompok Hak Asasi internasional, Kementerian Pertahanan Israel pun kemudian mengkonfirmasi pengiriman telah berangkat ke daerah Gaza pada Rabu (17/2).
Sementaa itu, COGAT atau badan militer Israel yang menjalankan urusan sipil di wilayah Palestina yang diduduki, mengatakan dosis Sputnik V sedang ditransfer dari Otoritas Palestina di Tepi Barat yang diduduki ke Gaza.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: