Pemerintah Australia saat ini tengah bersiap untuk mengadopsi UU yang mengharuskan platform digital untuk membayar konten berita.
Dalam beberapa hari terakhir, Google telah menjadi perantara kesepakatan dengan sejumlah outlet media Australia untuk mematuhi aturan baru tersebut.
Di sisi lain, langkah kontras diambil oleh Facebook pada Rabu (17/2).
"Ini telah membuat kami menghadapi pilihan yang berat, (antara) mematuhi UU yang mengabaikan realitas hubungan ini, atau berhenti mengizinkan konten berita pada layanan kami di Australia. Dengan berat hati, kami memilih yang terakhir," ujar manajer Facebook untuk Australia dan Selandia Baru, William Easton, seperti dikutip
AFP.
Awal pekan ini, para pejabat Australia mendesak Facebook dan Google untuk segera melakukan kesepakatan dengan outlet media guna berbagi pendapatan.
Tetapi Facebook mengancam akan menarik sebagian layanannya dari Australia.
Akhirnya, orang-orang di Australia tidak dapat melihat atau membagikan konten berita Australia dan internasional di Facebook. Dengan begitu, orang-orang di tempat lain juga tidak dapat melihat atau berbagi konten berita Australia di Facebook.
Menurut Easton, outlet media telah menghasilkan pendapatan ratusan juta dolar dengan pertukaran nilai antara Facebook dan penerbit,
Tetapi pengawas persaingan Australia menyatakan setiap 100 dolar AS yang dibelanjakan untuk iklan online, Google memperoleh 53 dolar AS, Facebook mengambil 28 dolar AS, sementara sisanya dibagikan. Hal tersebut dianggap merampas pendapatan media untuk mendukung jurnalisme.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: