Kepada wartawan pada Jumat (19/2), Morrison mengatakan langkah Facebook untuk menghentikan akses berbagi konten berita dari media Australia merupakan sebuah ancaman.
"Ide untuk menutup jenis situs yang mereka lakukan kemarin, semacam ancaman. Saya tahu bagaimana orang Australia bereaksi terhadapnya dan saya pikir itu bukan langkah yang baik di pihak mereka," ujar Morrison, seperti dikutip
Associated Press.
"Mereka harus bergerak cepat melewati itu, kembali ke meja dan kami akan menyelesaikannya," tambahnya.
Morrison mengatakan, ia juga membahas perselisihan dengan Facebook bersama Perdana Menteri India, Narendra Modi, serta para pemimpin di Inggris, Kanada, dan Prancis.
"Mereka tahu bahwa apa yang akan dilakukan Australia di sini kemungkinan besar akan diikuti oleh banyak yurisdiksi Barat lainnya," kata Morrison.
Pada Kamis (18/2), Facebook memutuskan untuk menghentikan layanan berbagi berita di Australia untuk merespon UU yang akan disahkan, di mana platform tersebut harus membayar konten pada outlet media.
Publik sendiri menanggapi marah atas pemblokiran yang dilakukan oleh Facebook karena dapat memutus informasi seputar pandemi, kesehatan masyarakat, dan layanan darurat.
Media juga membuat headline yang mengkritik langkah Facebook. Beberapa artikel menyebut jurnalisme akan digantikan oleh informasi palsu yang bertebaran di Facebook.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: