Kantor berita negara WAM melaporkan Pertemuan keduanya dimaksudkan untuk meninjau perkembangan terbaru di Lebanon, dan upaya terkait pembentukan pemerintahan baru.
"Sheikh Mohamed bin Zayed menegaskan dukungan UEA untuk rakyat Lebanon dan ambisi mereka untuk persatuan, stabilitas dan pembangunan," kata laporan itu, seperti dikutip dari
Al-Arabiya, Sabtu (20/2).
Dalam pertemuan tersebut, Mohammed bin Zayed mengungkapkan keinginan tulusnya agar Lebanon membentuk pemerintahan yang "memprioritaskan rekonsiliasi nasional dan berusaha untuk bertahan dari perbedaan dan mengatasi tantangan yang menimpa bangsa."
Sebelumnya, Hariri pada hari Minggu mengatakan, bahwa Lebanon tidak memiliki jalan keluar dari krisisnya tanpa bantuan dari negara-negara Arab.
Negara-negara Teluk secara historis memberikan bantuan keuangan kepada negara Timur Tengah yang bermasalah itu, dan Hariri mengatakan pada akhir 2019 bahwa Lebanon dijanjikan bantuan keuangan oleh UEA selama kunjungannya ke sana.
Namun, negara-negara Teluk memiliki kekhawatiran atas pengaruh Hizbullah yang berkembang di Lebanon.
Lebanon saat ini sedang mengalami krisis ekonomi yang menghancurkan, yang terburuk sejak perang saudara 1975-1990, dan protes nasional. Mata uang negara itu anjlok, bank-bank lumpuh, dan setidaknya separuh penduduknya jatuh miskin.
Sementara, Hariri diberi tugas untuk membentuk pemerintahan pada bulan Oktober tetapi sejauh ini usahanya gagal, akibat adanya perselisihan di antara politisi Lebanon. Kegagalan itu telah menarik teguran dari pendonor dan peringatan bencana sosial dari badan-badan PBB.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.