Percakapan telepon itu berlangsung atas prakarsa dari pihak Armenia, menurut juru bicara presiden Dmitry Peskov dalam keterangannya, Kamis (25/2).
Kedua pemimpin membahas kondisi terkini Yerevan dan seruan Angkatan Bersenjata yang berindikasi melecutkan 'Kudeta Militer', meminjam istilah Pashinyan.
"Situasi di Armenia menjadi bahasan keduanya, Putin berbicara mendukung untuk menjaga ketertiban dan ketenangan di Armenia. Putin ingin menyelesaikan situasi dalam kerangka hukum," kata Peskov, seperti dikutip dari
News Arm.
Putin sepakat dengan pernyataan Pashinyan bahwa tentara 'tunduk pada otoritas terpilih' dan melayani masyarakat, bukan sebaliknya memancing kericuhan dan perpecahan dengan melawan negara.
Pada Kamis (25/2) Angkatan Bersenjata Armenia mengeluarkan pernyataan agar Perdana Menteri Nikol Pashinyan segera mengundurkan diri. Dalam surat pernyataan yang ditandatangani oleh Kepala Staf Umum, wakilnya, dan lebih dari tiga lusin komandan militer, mereka mengatakan bahwa Nikol sudah tidak bisa lagi memegang jabatan itu karena tidak mampu mengatasi krisis yang menimpa Armenia.
Pernyataan itu keluar menyusul aksi protes massa yang menginginkan Pashinyan mundur. Mereka memenuhi jalan-jalan utama di Yerevan.
Menurut Pashinyan, tidak akan ada celah untuk 'kudeta militer' di negara itu.
Pashinyan menduga seruan mundur itu dikendalikan pihak-pihak tertentu, dan banyak jenderal dan perwira tinggi menandatangani pernyataan di bawah tekanan atasan mereka.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: