Melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh, Iran mendesak semua pihak di Armenia untuk menahan diri dan menghindari tindakan kekerasan.
Dilaporkan
Anadolu Agency, Jumat (26/2), Khatibzadeh mengatakan bahwa Iran saat ini sedang memantau perkembangan terbaru di negara itu.
"Kami mengikuti dengan cermat situasi di Armenia," kata Khatibzadeh, "Agar semua pihak dapat menahan diri dan mementingkan dialog, serta hindari permusuhan."
Menurut konstitusi Armenia, kepala staf Angkatan Bersenjata dapat diangkat dan diberhentikan oleh presiden atas usul pimpinan negara (dalam hal ini perdana menteri Pashinyan). Jika presiden tidak menandatangani proposal perdana menteri itu, maka secara otomatis pencopotan akan dilaksanakan dalam waktu 15 hari.
Panglima angkatan bersenjata Armenia Onik Gasparyan, bersama dengan komandan senior lainnya, merilis pernyataan yang meminta Pashinyan untuk mundur pada Kamis (25/2).
Pashinyan mengecam permintaan tersebut sebagai upaya kudeta militer dan mendesak para pendukungnya turun ke jalan untuk melawan. Pashinyan juga mendesak Gasparyan untuk mundur. Tidak ayak bagi tentara untuk masuk dalam politik dan menjatuhkan pemerintahan yang sah.
Sementara itu, Turki lewat pernyataan Menteri Luar Negerinya, Mevlut Cavusoglu telah mengutuk keras percobaan kudeta di Armenia.
"Kami mengutuk semua upaya kudeta atau kudeta militer, tidak peduli di mana itu terjadi di seluruh dunia," ujarnya pada konferensi pers di Hongaria.
Ketua OSCE juga telah memberikan tanggapannya. Lewat Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde, kelompok itu menyatakan keprihatinannya atas perkembangan terbaru di Armenia.
“Prihatin dengan perkembangan terbaru di Armenia. Saya mendorong semua pihak untuk bertindak damai sehubungan dengan komitmen OSCE pada proses demokrasi dan supremasi hukum. Situasi harus diselesaikan tanpa kekerasan,†tweetnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: