Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Polisi Myanmar Bubarkan Massa Dengan Peluru Karet, Tiga Jurnalis Ditangkap

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Minggu, 28 Februari 2021, 06:10 WIB
Polisi Myanmar Bubarkan Massa Dengan Peluru Karet, Tiga Jurnalis Ditangkap
Pasukan polisi berjaga selama aksi protes pada 27 Februari 2021 di Myanmar/AP
rmol news logo Kekacauan terjadi dalam aksi protes besar-besaran untuk menolak kudeta militer di Myanmar pada Sabtu (27/2).

Di Yangon, polisi dilaporkan meningkatkan kekerasan terhadap pengunjuk rasa dengan menembakkan peluru karet. Pada awalnya, para pengunjuk rasa berusaha berkumpul di di persimpangan Myanigone.

Ratusan pengunjuk rasa etnis Mon berkumpul di Myanigone untuk memperingati Hari Nasional Mon, bergabung dengan kelompok etnis minoritas lainnya untuk memprotes kudeta.

Mereka menyebar ke jalan-jalan perumahan yang lebih kecil dan mulai membangun barikade darurat dari kawat berduri dan meja untuk menghentikan polisi. Banyak yang memakai topi pelindung dan masker gas, menggunakan perisai buatan sendiri untuk perlindungan.

"Apa yang polisi lakukan? Mereka melindungi seorang diktator gila!" teriak para pengunjuk rasa ketika dibubarkan polisi, seperti dimuat AFP.

Seorag wartawan lokal yang menyiarkan adegan kacau tersebut di Facebook. Terdengar suara-suara tembakan di lapangan.

Menurut polisi, sedikitnya 15 orang telah ditangkap dalam insiden itu. Tiga di antaranya merupakan jurnalis, yaitu seorang fotografer Associated Press, jurnalis video Myanmar Now, dan fotografer Myanmr Pressphoto Agency.

Sebelumnya, Jumat (26/2), Duta Besar Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun menyatakan kesetiaannya pada pemerintahan sipil yang digulingkan dan meminta dunia untuk menekan militer agar menyerahkan kembali kekuasaan.

"Kami membutuhkan tindakan sekuat mungkin dari komunitas internasional untuk segera mengakhiri kudeta militer, menghentikan penindasan terhadap orang -orang tak berdosa, mengembalikan kekuasaan negara kepada rakyat, dan memulihkan demokrasi," ujarnya.

Dalam bahasa Burma, ia juga mendorong warga  Myanmar untuk terus berjuang melawan kekuasaan militer.

"Revolusi ini harus menang," katanya sambil memberikan salam tiga jari  yang telah menjadi simbol perlawanan terhadap junta. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA