Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu (27/2), Sarkissian menegaskan bahwa ia tidak akan mendukung pemecatan tersebut.
"Presiden republik, dalam kerangka kekuasaan konstitusionalnya, mengembalikan rancangan keputusan tersebut dengan keberatan," ujar pihak kepresidenan, seperti dikutip
AFP.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa krisis politik tidak dapat diselesaikan melalui seringnya pergantian personel.
Pemecatan Gasparan dilakukan oleh Pashinyan setelah menentang seruan militer untuk mundur pada Kamis (25/2). Alih-alih, ia menuding militer berupaya melakukan kudeta.
Sementara itu, aksi protes massal dilakukan oleh warga untuk menyerukan pengunduran diri Pashinyan. Sekitar 5.000 pengunjuk rasa berkumpul di luar parlemen di Yerevan sembari membawa bendera Armenia. Beberapa di antaranya mendirikan kemah di sana.
"Hari ini Pashinyan tidak mendapat dukungan. Saya meminta petugas keamanan dan polisi untuk bergabung dengan tentara, untuk mendukung tentara," ujar mantan perdana menteri Vazgen Manukyan yang ditunjuk oleh oposisi untuk menggantikan Pashinyan.
"Saya yakin situasinya akan selesai dalam dua hingga tiga hari," lanjutnya.
Armenia dilanda krisis politik setelah Pashinyan menandatangani perjanjian perdamaian dengan Azerbaijan yang ditengahi oleh Rusia atas wilayah Nagorno-Karabakh pada November tahun lalu. Perjanjian itu dianggap menjadi kekalahan Armenia karena menderita kerugian yang lebih besar.
Setelah perjanjian yang dianggap sebagai penghinaan bagi Armenia itu, Pashinyan terus didesak untuk mengundurkan diri.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: