Dokter di rumah sakit Yangon menyebut seorang pria dengan luka tembak di dada meninggal dunia. Sedangkan satu korban lainnya berada di kota bagian selatan, Dawei, bersama lebih dari selusin luka-luka.
Selain melepaskan tembakan, polisi juga menggunakan granat setrum dan gas air mata untuk membubarkan massa di Yangon. Meski mereka menolak untuk pergi.
Dilaporkan
Reuters, beberapa orang tampak diboyong untuk meninggalkan kerumunan massa sembari berlumuran darah.
"Jika mereka mendorong kami, kami akan bangkit. Jika mereka menyerang kami, kami akan bertahan. Kami tidak akan pernah berlutut pada sepatu bot militer," kata seorang demonstran, Nyan Win Shein.
Selain di Yangon, aksi protes juga berlangsung di Mandalay dan Lashio sebagai tindak lanjut dalam unjuk rasa sehari sebelumnya.
Unjuk rasa pada Sabtu (27/2( sendiri memicu kerusuhan massal di kota-kota besar, di mana polisi dilaporkan menangkap lebih dari 470 orang.
Pekan lalu, pemimpin junta Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan pihak berwenang diizinkan menggunakan kekuatan minimal untuk menangani protes.
Namun setidaknya sudah ada lima demonstran yang tewas sejak protes berlangsung untuk menolak kudeta militer pada 1 Februari.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: