Permintaan tersebut Tokyo sampaikan melalui Kedutaan Besar Jepang di Beijing dan diungkap oleh Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato dalam konferensi pers pada Senin (1/3), seperti dimuat
ANI News.
Kato menyampaikan keprihatinan Jepang atas kebijakan China yang menggunakan metode tes tersebut. Lantaran sebelumnya beberapa karyawan Jepang di Beijing mengeluhkan tes usap anal yang dianggap mereka sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan martabat.
Lebih lanjut, Kato mengatakan pemerintah Jepang akan terus mendesak China untuk membebaskan warganya dari metode tes semacam itu. Tes itu kerap digunakan pemerintah China untuk mereka yang dikarantina atau memasuki China.
Selain Jepang, Amerika Serikat (AS) juga telah memprotes China setelah mengetahui beberapa pejabat diplomatiknya juga diminta untuk menggunakan tes usap anal.
"Departemen Luar Negeri tidak pernah menyetujui pengujian semacam ini dan memprotes secara langsung kepada (Kementerian Luar Negeri China) ketika kami mengetahui bahwa beberapa staf menjadi sasarannya," kata seorang jurubicara departemen luar negeri AS.
Menanggapi berbagai kritik atas penggunaan tes usap anal, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan Beijing telah menyesuaikan langkah-langkah anti-epidemi secara ilmiah sesuai dengan hukum dan peraturan yang relevan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: