Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ketika Barat Sibuk 'Timbun' Vaksin, Afrika Tak Punya Pilihan Selain Kepada China Dan Rusia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Kamis, 04 Maret 2021, 16:05 WIB
Ketika Barat Sibuk 'Timbun' Vaksin, Afrika Tak Punya Pilihan Selain Kepada China Dan Rusia
Vaksin Sputnik V/Net
rmol news logo Ketika negara-negara Barat sibuk mengamankan vaksin sebanyak mungkin, negara-negara Afrika mulai mengalihka perhatian ke China dan Rusia.

Banyak negara Afrika saat ini mendapatkan vaksin Covid-19 dari China maupun Sputnik V dari Rusia. Misalnya saja Maroko, Aljazair, Ethiopia, Zimbabwe, Mesir, Sierra Leone, Senegal, dan Guinea Ekuatorial.

Uni Afrika sendiri berencana untuk mendapatkan 300 juta dosis vaksin Sputnik V untuk menyuntik populasi di penjuru benua, seperti dikutip Anadolu Agency.

Kenya dan Guinea sedang dalam pembicaraan dengan kedua negara untuk mendapatkan suntikan itu. Nigeria dan Aljazair telah menerima dosis dari China dan Rusia.

Menurut seorang pejabat di kelompok advokasi Media Review Network yang berbasis di Johannesburg, Iqbal Jassat, negara-negara Barat saat ini terlalu sibuk menimbun vaksin sehingga tidak ada pilihan alternatif bagi Afrika.

Dia mengatakan negara-negara yang mendapat vaksin dari China dan Rusia adalah yang pertama memulai program vaksinasi populasi mereka.

Misalnya, Aljazair meluncurkan kampanye vaksinasi setelah menerima gelombang pertama vaksin Sputnik V Rusia pada akhir Januari. Mesir juga memulai vaksinasi setelah mendapat vaksin Sinopharm China sekitar waktu yang sama.

Karena kekurangan sumber daya, sebagian besar negara di negara-negara sub-Sahara Afrika sedang menunggu pasokan dari Covid-19 Vaccines Global Access (COVAX).

COVAX merupakan aliansi global yang dipimpin oleh Gavi, Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertujuan untuk memastikan akses vaksin bagi semua.

“Covid-19 antara lain telah membawa fokus yang tajam pada ketidaksetaraan global dan jurang yang sangat besar antara si kaya dan si miskin. Penundaan vaksinasi juga menunjukkan disparitas ekonomi yang besar terutama antara Afrika Utara dan sub-Sahara," ujar Jassat.

Menurut Jassat, di tengah kesibukan negara-negara Barat, China dan Rusia diuntungkan karena dapat memasok obat-obatan ke Afrika.

Bulan lalu, jurubicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan pihaknya akan memberikan vaksin untuk 19 negara Afrika, meningkatkan pengaruhnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA