Hal itu disampaikan oleh Perdana Menteri China, Li Keqiang ketika membuka sesi pertemuan tahunan parlemen pada Jumat (5/3), seperti dikutip
Reuters.
Li menegaskan, Beijing berpegang teguh pada prinsip "Satu China", yang menyatakan bahwa Taiwan adalah bagian darinya. Ia juga menekankan untuk mempromosikan hubungan damai di seluruh Taiwan dan reunifikasi China.
"Kami akan tetap sangat waspada terhadap dan dengan tegas mencegah aktivitas separatis yang mencari kemerdekaan Taiwan," tegas Li.
"Kami akan mempromosikan pertukaran, kerja sama, dan pembangunan terintegrasi di seluruh Selat Taiwan. Bersama-sama kita dapat membentuk masa depan peremajaan yang cerah untuk bangsa kita yang hebat," lanjut dia.
Menanggapi pernyataan tersebut, Dewan Urusan Daratan Taiwan mendesak China untuk memulai interaksi yang ramah secara bertahap untuk menyelesaikan perselisihan melalui komunikasi.
Kendati begitu, dewan menegaskan, Taiwan akan terus membela kedaulatan, demokrasi, dan kebebasan.
"Pertukaran yang sehat dan teratur lebih baik daripada tekanan yang dipaksakan di Taiwan," ujar dewan.
China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan telah meningkatkan aktivitas militer di pulau yang dijuluki Formosa itu dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, sebagian besar warga Taiwan menunjukkan ketidakinganan mereka untuk diperintah Taiwan. Mereka memiliki pemerintahan yang demokratis yang dipimpin oleh Presiden Tsai Ing-wen.
China percaya Tsai ingin mendorong kemerdekaan resmi Taiwan, yang membuat Beijing marah ketika Tsai memenangkan kembali pemilu untuk kedua kalinya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: