Hal tersbut disampaikan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam konferensi pers pada Jumat (5/3).
Awal pekan ini, kampanye vaksinasi Covid-19 pertama di Afrika menggunakan dosis yang disediakan oleh COVAX, dimulai di Ghana dan Pantai Gading, yang kemudian diikuti dengan pengiriman ke 18 negara lain, sebagian besar di Afrika.
"Dalam minggu mendatang, COVAX akan memberikan 14,4 juta dosis ke 31 negara lebih lanjut," kata Tedros, seperti dikutip dari
CGTN, Sabtu (6/3).
Namun, Tedros mengatakan, volume dosis yang disalurkan melalui COVAX masih relatif kecil, dan hanya mencakup antara 2 hingga 3 persen dari populasi negara penerima vaksin melalui COVAX.
Tedros juga menyampaikan, bahwa organisasinya sedang berupaya untuk menghubungkan perusahaan yang memproduksi vaksin dengan perusahaan lain yang memiliki kapasitas berlebih untuk mengisi dan menyelesaikannya, untuk membantu mempercepat produksi dan meningkatkan volume.
Dia juga menegaskan kembali seruan untuk transfer teknologi vaksin dari perusahaan pemilik hak paten vaksin kepada mereka yang dapat memproduksinya.
"Contoh yang baik dari pendekatan ini adalah AstraZeneca, yang telah mentransfer teknologi vaksinnya ke SKBio di Republik Korea dan Serum Institute of India, yang memproduksi vaksin AstraZeneca untuk COVAX," katanya.
Program COVAX ingin memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam mendapatkan akses ke vaksin Covid-19. Target intinya adalah memberikan 2 miliar dosis vaksin pada akhir 2021.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: