Penembakan terhadap orang-orang yang membawa bahan bakar melintasi perbatasan yang terjadi pada 22 Februari lalu menyebabkan protes yang menyebar dari kota Saravan ke daerah lain di provinsi tenggara Sistan-Baluchistan, termasuk ibu kota, Zahedan.
Rangkaian peristiwa kekerasan dan kerusuhan dimulai ketika Pengawal Revolusi diduga telah menembak dan menewaskan sedikitnya 10 kurir bahan bakar, yang dikenal sebagai sookhtbar, di Provinsi Sistan dan Baluchistan di perbatasan dengan Pakistan, di mana Korps Pengawal Revolusi Islam telah memblokir jalan ke kota Saravan, kata juru bicara hak asasi manusia PBB Rupert Colville saat jumpa pers di Jenewa.
Iran sedang menyelidiki insiden di mana setidaknya dua orang Iran ditembak mati minggu ini di perbatasan dengan Pakistan, dan Islamabad telah menyerahkan jenazah salah satu korban, kata kementerian luar negeri Iran seminggu lalu, seperti dikutip dari
Reuters, Sabtu (6/3).
Penembakan terhadap orang-orang yang membawa bahan bakar melintasi perbatasan menyebabkan protes yang menyebar dari kota Saravan ke daerah lain di provinsi tenggara Sistan-Baluchestan, termasuk ibu kota, Zahedan.
Colville mengatakan sulit untuk memverifikasi jumlah korban tewas karena gangguan jaringan data seluler lokal, tetapi beberapa laporan yang belum dikonfirmasi memperkirakan sebanyak 23 orang mungkin telah tewas.
"Kami mengimbau pihak berwenang segera memulihkan akses internet di wilayah yang masih terputus," ujarnya.
Penduduk Sistan-Baluchistan didominasi oleh Muslim Sunni Baluchi, sedangkan sebagian besar orang Iran adalah Syiah. Iran memiliki harga bahan bakar terendah di dunia dan telah memerangi penyelundupan ke negara-negara tetangga.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: