Mereka berdiri di atas traktor dan mengibarkan bendera warna-warni sementara para pemimpin mereka meneriakkan slogan-slogan melalui pengeras suara di atas panggung darurat.
Sebagian besar dari mereka yang berasal dari daerah-daerah jauh di luar New Delhi telah ada di perbatasan sejak akhir November. Mereka mendirikan tenda dan bertekad akan terus menyarakan protes atas undang-undang pertanian yang menurut mereka akan menghancurkan pendapatan mereka.
Front Petani Gabungan atau Samyukta Kisan Morcha, mengatakan blokade enam jalur jalan tol akan berlangsung lima jam.
"Bukan hobi kami memblokir jalan, tapi pemerintah tidak mendengarkan kami. Apa yang bisa kami lakukan?" kata Satnam Singh, seorang anggota kelompok itu, seperti dikutip dari
Reuters.
Pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan undang-undang pertanian diperlukan untuk memodernisasi pertanian, tetapi para petani mengatakan undang-undang itu akan membuat mereka lebih miskin dan bergantung pada perusahaan besar.
"Kami tidak akan pergi kemana-mana dan akan berjuang sampai akhir," kata Singh, 60, sambil duduk bersila di dalam tempat penampungan sementara di belakang truknya. Dia telah tinggal di sana semenjak hari pertama protes, di sebuah trailer di sepanjang jalan raya arteri yang menghubungkan utara India dengan New Delhi.
Seperti banyak petani lainnya, Singh tidak terpengaruh dan berencana untuk tetap tinggal sampai undang-undang dicabut sepenuhnya.
Para petani mengatakan protes akan segera menyebar ke seluruh negeri.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: