Diab mendesak para politisi untuk mengesampingkan berbagai perbedaan dan segera membentuk pemerintahan baru agar Lebanon dapat menarik bantuan dari luar negeri.
Diab dan kabinetnya sebenarnya telah mengundurkan diri setelah ledakan dahsyat di Beirut pada 4 Agustus lalu. Namun perdana menteri baru yang ditunjuk Saad al-Hariri gagal membentuk kabinet baru karena kebuntuan politik dengan Presiden Michel Aoun.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Sabtu (6/3), Diab mengancam tidak akan melakukan tugasnya dan mendesak para politisi segera menyelesaikan pembentukan kabinet baru.
"Jika perbuatan berdiam diri membantu pembentukan kabinet, maka saya siap melakukannya, meskipun itu bertentangan dengan keyakinan saya karena itu menganggu seluruh negara bagian dan merugikan Lebanon," ujar Diab, seperti dikutip
Reuters.
Lewat pidatonya, Diab juga menyoroti insiden baru-baru ini yang terjadi di supermarket Beirut, di mana pembeli memperebutkan susu bubuk.
"Kondisi sosial memburuk, kondisi keuangan membebani negara, kondisi politik semakin komplek," tambahnya.
“Negara ini dihadapkan pada tantangan besar yang tidak dapat dihadapi oleh pemerintah normal tanpa konsensus politik, jadi bagaimana pemerintah sementara dapat menghadapi tantangan ini?†imbuh Diab.
Lebanon dilanda krisis keuangan pada 2019, membuat banyak orang menganggur dan kelaparan. Situasi tersebut diperparah dengan kisruh politik yang kemudian dibarengi oleh pandemi Covid-19.
Mata uang Lebanon terus mengalami depresiasi terhadap dolar. Bahkan untuk pertama kalinya, dolar diperdagangkan hampir 11 ribu pound Lebanon di pasar gelap.
Krisis membuat pemadaman listrik lebih lama di seluruh wilayah, beberapa bahkan hingga 12 jam per hari.
Situasi yang ada membuat warga melakukan protes. Pada Selasa (2/3), mereka berunjuk rasa, memblokir jalan dengan membakar ban.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: