Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tekan Junta, Aliansi Serikat Pekerja Myanmar Minta Seluruh Bisnis Ditutup

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 08 Maret 2021, 06:25 WIB
Tekan Junta, Aliansi Serikat Pekerja Myanmar Minta Seluruh Bisnis Ditutup
Demonstran di Myanmar mengenakan helm hingga perisai buatan untuk menahan kekerasan aparat keamanan/Net
rmol news logo Serikat-serikat pekerja Myanmar meminta anggota mereka untuk menutup bisnisnya sebagai tekanan pada junta militer yang dilaporkan semakin brutal menggunakan kekerasan kepada warga.

Dalam pernyataan bersama, sembilan serikat pekerja mengatakan mereka berencana melakukan penutupan penuh ekonomi mulai Senin (8/3).

"Melanjutkan kegiatan ekonomi dan bisnis seperti biasa hanya akan menguntungkan militer karena mereka menekan energi rakyat Myanmar," ujar mereka, seperti dikutip CNA.

"Sekaranglah waktu untuk mengambil tindakan untuk mempertahankan demokrasi kita," tambah mereka.

Langkah yang diambil oleh aliansi serikat pekerja itu merupakan bagian dari protes nasional terbesar sejak kudeta pada 1 Februari.

Salah satu protes terbesar terjad pada Minggu  (7/3). Polisi menembakkan granat kejut dan gas air mata untuk menghentikan aksi duduk puluhan ribu orang di Mandalay. Sedikitnya 70 orang ditangkap.

Polisi juga meluncurkan gas air mata dan granat kejut ke arah pengunjuk rasa di Yangon dan di kota Lashio di wilayah Shan utara.

Seorang saksi mata mengatakan polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan protes di kota kuil bersejarah Bagan, dan beberapa penduduk mengatakan di media sosial bahwa peluru tajam juga digunakan.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, mengatakan tentara dengan sengaja meneror penduduk di Yangon.

Pada saat yang sama, seorang pejabat dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berada dalam tahanan polisi telah tewas.

Ia adalah Khin Maung Latt, pernah bekerja sebagai manajer kampanye untuk salah satu dari dua anggota parlemen Muslim yang terpilih pada tahun 2020.

Ba Myo Thein, seorang anggota majelis tinggi parlemen yang dibubarkan setelah kudeta, mengatakan laporan luka di kepala dan tubuh Khin Maung Latt menimbulkan kecurigaan bahwa dia telah dianiaya.

"Sepertinya dia ditangkap pada malam hari dan disiksa dengan kejam. Ini sama sekali tidak bisa diterima," terangnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA