Penutupan toko, pabrik, hingga bank dilakukan setelah aliansi serikat pekerja menuntut semua bisnis untuk tutup untuk menekan junta militer yang melakukan kudeta pada 1 Februari.
Dari laporan
CNA, sanksi mata mengatakan, tentara melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan protes. Mereka juga memeriksa mobil-mobil.
Media pemerintah mengatakan pasukan keamanan juga melakukan pengawasan di rumah sakit dan universitas sebagai bagian dari upaya untuk menegakkan hukum.
Di sisi lain, para pengunjuk rasa mengibarkan bendera yang dibuat dari htamain atau sarung untuk perempuan. Mereka menggantungnya untuk memperingati Hari Perempuan Internasional.
Pemimpin protes, Maung Saungkha mendesak perempuan untuk turun ke jalan, menentang kudeta. Hal yang sama juga disampaikan oleh Nay Chi, salah satu penyelenggara gerakan sarung.
"Rakyat kami tidak bersenjata tetapi bijaksana. Mereka mencoba memerintah dengan ketakutan, tetapi kami akan melawan ketakutan itu," ujarnya.
Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan, kekerasan yang dilakukan oleh aparat telah menewaskan lebih dari 50 orang.
Sementara data dari Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik menyebut ada hampir 1.800 orang yang ditahan oleh junta.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: