Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Genosida Umat Muslim Uighur Jadi Agenda Pembicaraan Diplomat AS Dan China Pekan Depan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 12 Maret 2021, 14:13 WIB
Genosida Umat Muslim Uighur Jadi Agenda Pembicaraan Diplomat AS Dan China Pekan Depan
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan/Net
rmol news logo Amerika Serikat akan secara langsung mengangkat masalah genosida terhadap Muslim Uighur dengan China, menurut laporan Administrasi Biden pada Kamis (11/3).

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan akan bertemu dengan Direktur Kantor Komisi Pusat Luar Negeri China Yang Jiechi dan Anggota Dewan Negara Wang Yi pada 18 Maret mendatang di Alaska.

Gedung Putih mengatakan, perwakilan kedua negara akan memasukkan isu genosida umat Muslim Uighur di wilayah otonom Xinjiang barat laut China dalam pertemuan tersebut.

Hal itu disampaikan Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki pada konferensi pers hari Kamis (11/3) waktu setempat.

"Saya tahu bahwa menangani genosida terhadap Muslim Uighur adalah sesuatu yang akan menjadi topik diskusi langsung dengan China minggu depan," ujarnya, seperti dikutip dari Anadolu Angency, Jumat (12/3).

"Posisi Amerika Serikat yang pasti adalah bahwa apa yang terjadi adalah genosida, dan kami akan mencari peluang untuk bekerja dengan mitra lain untuk memberikan tekanan tambahan pada China.

“Tapi kita juga akan angkat secara langsung dan akan menjadi topik pembahasan minggu depan,” imbuhnya.

Sebelumnya, pada hari Selasa (9/3), Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan AS belum mengubah penilaiannya bahwa ada genosida terhadap Muslim Uyghur dan etnis minoritas lainnya di Xinjiang.

Ketika ditanya apakah genosida sedang berlangsung, Price menjawab: "Kami tidak melihat apa pun yang akan mengubah penilaian kami."

Wilayah Xinjiang adalah rumah bagi sekitar 10 juta orang Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh otoritas China melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.

Pejabat AS dan PBB telah mengatakan, bahwa hingga 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah ditahan dalam jaringan kamp 'pendidikan ulang politik' yang meluas. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA