Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga pemikir Chicago Council bekerja sama dengan perusahaan jajak pendapat Levada Center yang berbasis di Moskow dan diterbitkan pada Jumat (12/3) mengungkapkan bahwa 74 persen orang Rusia memiliki pandangan yang baik tentang China, sebuah temuan yang mencerminkan kehangatan geopolitik yang tumbuh antara kedua negara.
Sementara, 45 persen lainnya memilih Uni Eropa, dan hanya 39 persen yang memiliki pandangan yang baik tentang AS
Data ini muncul di tengah kecenderungan menurunnya dukungan terhadap China di AS. Sejak lama China dan Amerika Serikat berseteru. Dengan segala hal menjadi permasalahan yang rumit bagi dua negara, pandangan negatif tentang China pun tumbuh di lingkungan masyarakat AS.
Jajak pendapat Gallup yang diterbitkan awal bulan ini menemukan bahwa hanya satu dari lima responden di AS yang memiliki opini positif tentang China. Itu adalah penurunan terendah sejak 1979.
Dalam beberapa dekade sejak itu, China memantapkan dirinya sebagai kekuatan ekonomi terkemuka, yang hanya bisa ditandingi oleh AS. Kekuatan militer dan diplomatiknya juga telah diperkuat, dan sekarang menantang status pasca-Perang Dingin Washington sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia, yang diperolehnya dengan jatuhnya Uni Soviet pada awal 1990-an, seperti yang ditulis
Newsweek, Sabtu (13/3).
Saat ini, sementara Washington memandang Beijing sebagai pesaing utamanya, Moskow melihatnya sebagai mitra strategis yang menikmati hubungan bilateral terkuat dalam sejarah kedua negara.
Rusia melihat manfaat dari hubungan yang lebih dekat dengan China yang telah terjadi dalam kerja sama diplomatik, ekonomi, dan militer, yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti yang terungkap dalam jajak pendapat Chicago Council-Levada Center tersebut.
Mayoritas 55 persen orang Rusia mengatakan bahwa hubungan negaranya dengan China memiliki kemampuan untuk meningkatkan posisi Rusia di dunia, dan 57 persen merasa bahwa hubungan ini akan semakin erat selama dekade berikutnya.
Namun begitu, 56 persen orang Rusia mengatakan hubungan Moskow yang tumbuh dengan Beijing tidak akan meningkatkan ketergantungan Rusia pada China.
"Reorientasi Presiden Rusia Putin menjauh dari Barat dan menuju Beijing setelah aneksasi Krimea 2014 tampaknya telah diterima, jika tidak dirangkul, oleh publik Rusia," kata laporan survei Chicago Council-Levada Center. "Ironisnya, meskipun pemerintahan Obama merencanakan poros ke Asia pada tahun 2009, mungkin Rusia, bukan Amerika, yang berhasil berputar ke timur."
Mengenai memburuknya hubungan AS-China, laporan Gallup melihat pandemi Covid-19 sebagai faktor penyebabnya, dan memperingatkan bahwa orang Asia-Amerika menghadapi kerusakan tambahan sebagai akibatnya.
Rusia dan China agaknya memiliki 'nasib' yang sama karena AS kurang memberikan respon positif kepada dua negara 'musuh'-nya itu.
"Dalam satu tahun akibat pandemi yang pertama kali ditemukan di China, dan juga serangan dunia maya paling luas di AS yang dikaitkan dengan Rusia oleh komunitas intelijen AS, baik China maupun Rusia telah mencapai titik terendah baru dalam pandangan orang Amerika," tulis laporan survei itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: