Kedutaan Sri Lanka di China juga mengatakan bahwa mereka telah mengajukan protes resmi kepada pengecer online tersebut dan meminta pihak berwenang China untuk memastikan diakhirinya pembuatan dan penjualan produk serupa.
“Perusahaan yang memasarkan produk di Amazon diminta melalui surat dari kedutaan untuk segera menghentikan penjualan keset dan produk semacam itu, menyalahgunakan bendera Sri Lanka,†kata kedutaan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari
AFP, Minggu (14/3).
Kedutaan Besar Sri Lanka di Washington mengatakan pihaknya juga telah menangani masalah tersebut, dan telah mengeluh kepada pemerintah AS atas apa yang disebutnya sebagai ‘pelanggaran hak kekayaan intelektual’ dari negara Asia Selatan itu.
Namun, dua hari setelah intervensi Sri Lanka, puluhan pengecer masih menjual barang-barang bertema bendera tersebut. Beberapa vendor China di Amazon menawarkan keset anti selip dengan harga mulai dari 10 hingga 24 dolar AS, dan celana dalam dan bikini dengan cetakan singa dari 9,20 hingga 17,30 dolar AS.
Hal itu juga telah menimbulkan riak di jejaring media sosial seperti Facebook.
“Beginilah cara orang China memandang Sri Lanka,†kata salah satu pengguna Facebook.
Yang lain berpendapat bahwa keset adalah peringatan awal tentang bagaimana hubungan di masa depan mungkin terjadi sehubungan dengan hutang besar Sri Lanka ke China.
“Mungkin itu adalah tanda (tentang bagaimana) mereka akan memperlakukan kami ketika kami gagal membayar pinjaman mereka,†tulis netizen tersebut.
“Jika kami tidak mampu membayar hutang kami, mereka pasti akan mencetak bendera kami di kertas toilet,†tulis yang lainnya.
Sri lanka adalah negara yang sangat sensitif terhadap apa yang dilihatnya sebagai penyalahgunaan bendera nasionalnya, serta simbol-simbol Buddha.
Pada tahun 2002, Mahkamah Agung Sri Lanka memerintahkan polisi dan bea cukai untuk menyita CD musik ruang tunggu Buddha Bar. Kasus lain pada 2010, Sri Lanka mencegah bintang rap AS Akon mengunjungi negara itu akibat salah satu video musiknya menampilkan wanita berpakaian minim menari di depan patung Buddha.
Dua tahun lalu, seorang wanita Muslim ditangkap karena mengenakan gaun dengan cetakan roda kemudi kapal, yang disangka polisi sebagai Dharma Chakra, salah satu simbol Buddha.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: