Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyebut, dengan penambahan korban pada Senin, maka sudah ada lebih dari 180 orang yang tewas sejak kudeta pada 1 Februari.
"Korban meningkat secara drastis," ujar AAPP dalam pernyataan pada Selasa (16/3), seperti dikutip
AFP.
Menurut AAPP, sebagian besar korban tewas pada Senin merupakan demonstran anti-kudeta dan beberapa lainnya warga sipil yang tidak berpartisipasi dalam protes.
Banyak korban berjatuhan di Myanmar tengah setidaknya tiga tewas di Yangon, termasuk dua wanita yang ditembak di rumah mereka.
Aparat keamanan sendiri menggunakan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam untuk membubarkan aksi unjuk rasa di seluruh negeri.
Salah satu hari paling mematikan sejak kudeta merupakan Minggu (14/3), ketika sedikitnya 44 orang tewas di seluruh negeri.
Saat ini junta telah memberlakukan keadaan darurat militer di enam kota di Yangon. Siapa pun yang ditangkap di sana akan diadili oleh pengadilan militer daripada pengadilan sipil, dengan hukuman mulai dari kerja paksa tiga tahun hingga eksekusi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: