Menteri mengatakan, berpindahnya serangan musuh Suriah dari dunia nyata ke media sosial karena itu lebih murah dan menjangkau lebih banyak orang. Hal itu dikatakan Sara dalam pidatonya selama kursus yang diselenggarakan di Damaskus tentang pentingnya konten digital untuk menghadapi disinformasi.
“Peperangan informasi adalah jenis perang terburuk. Saat ini, musuh memanfaatkan situasi ekonomi yang berasal dari perang, blokade, Caesar Act genosida dan Covid-19, untuk menyampaikan pesan yang melemahkan struktur keluarga dan masyarakat,†kata Sara, seperti dikutip dari
Prensa Latina, Selasa (16/3).
Dia mendesak para profesional pers untuk mempersenjatai diri dengan pengetahuan yang tepat dan menyediakan konten yang memadai untuk menghadapi perang media dan melindungi masyarakat dari rumor dan kebohongan.
Suriah mengatakan bahwa perang yang dilancarkan terhadapnya sejak 2011 kini telah memasuki fase ekonomi dan media, setelah musuh gagal mencapai tujuan mereka di bidang militer, di mana terorisme dan serangan eksternal langsung dan tidak langsung digunakan saat itu.
Baru-baru ini Inggris mengumumkan sanksi terhadap enam sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad, termasuk menteri luar negeri dan penasihat dekatnya pada Senin (15/2) waktu setempat.
Perang saudara Suriah telah berlangsung selama 10 tahun. Pada pertengahan Maret 2011, protes damai pro-demokrasi berkembang menjadi konflik multi-sisi yang menyedot kekuatan dunia, menewaskan ratusan ribu orang, dan membuat jutaan lainnya mengungsi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: