Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dituding Campuri Pilpres 2020, Rusia: AS Cari 'Kambing Hitam' Atas Destabilisasi Dalam Negeri

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 17 Maret 2021, 12:49 WIB
Dituding Campuri Pilpres 2020, Rusia: AS Cari 'Kambing Hitam' Atas Destabilisasi Dalam Negeri
Mantan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin/Net
rmol news logo Rusia menolak laporan intelijen yang menyatakan telah ikut campur dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2020.

Kedutaan Besar Rusia di Washington menyebut tuduhan Moskow telah ikut campur dalam pilpres AS tidak berdasar dan tidak memiliki bukti konkret.

"Dokumen yang disiapkan oleh komunitas intelijen AS adalah serangkaian tuduhan tak berdasar lainnya terhadap negara kami yang mencampuri proses politik internal Amerika," ujar kedutaan pada Rabu (17/3), seperti dikutip Sputnik.

"Kesimpulan dari laporan tentang perilaku operasi pengaruh Rusia di Amerika dikonfirmasi semata-mata oleh kepercayaan dari badan intelijen dalam kebenaran mereka. Tidak ada fakta atau bukti konkret dari klaim tersebut yang diberikan," lanjut mereka.

Kedutaan Besar Rusia menyabut tuduhan tersebut merupakan upaya AS untuk mengalihkan tanggung jawab atas destabilisasi politik domestik mereka kepada aktor asing.

"Menyalahkan aktor eksternal untuk destabilisasi situasi di dalam negeri, sikap pemerintah (AS) seperti itu tidak mungkin sesuai dengan dialog ahli yang setara dan saling menghormati yang kami usulkan untuk menemukan solusi bagi masalah yang paling mendesak," kata kedutaan.

"Tindakan Washington tidak berkontribusi pada normalisasi hubungan bilateral," tambahnya.

Kantor Direktur Intelijen Nasional AS sebelumnya memberikan laporan setebal 15 halaman yang menunjukkan bahwa Rusia berupaya untuk membantu kemenangan Donald Trump.

Bahkan temuan baru menunjukkan, Presiden Vladimir Putin mengawasi atau setidaknya menyetujui upaya ikut campur Rusia untuk menganggu kampanye Joe Biden.

“Kami menilai bahwa Putin memberi wewenang yang mempengaruhi operasi yang bertujuan merendahkan pencalonan Presiden Biden dan Partai Demokrat, mendukung mantan Presiden (Donald) Trump, merusak kepercayaan publik dalam proses pemilihan, dan memperburuk perpecahan sosial politik di AS," begitu laporan tersebut.

Setelah itu, CNN melaporkan bahwa pemerintahan Biden akan mengumumkan sanksi terhadap Rusia. Selain Rusia, sanksi juga akan menargetkan China dan Iran, dengan tuduhan melakukan kampanye pengaruh rahasia untuk melemahkan prospek terpilihnya kembali Trump. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA