Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Parlemen Australia Jajaki Mosi Untuk Mengutuk Genosida Uighur

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 22 Maret 2021, 14:08 WIB
Parlemen Australia Jajaki Mosi Untuk Mengutuk Genosida Uighur
Kamp di Xinjiang yang diduga berisi pelanggaran HAM terhadap minoritas Uighur/Net
rmol news logo Pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang menarik perhatian parlemen Australia. Saat ini para legislator tengah membahas mosi untuk menggambarkan tindakan genosida terhadap minoritas Uighur di Xinjiang.

Pembahasan mosi untuk mengutuk genosida di Xinjiang dilakukan oleh parlemen Australia pada Senin (22/3). Anggota parlemen dari Partai Liberal yang berkuasa mengerahkan upaya untuk mendapatkan dukungan dari semua partai.

"Pelanggaran hak asasi manusia yang paling mengerikan dan sistematis di dunia terjadi di Xinjiang," ujar anggota parlemen dari Partai Liberal, Kevin Andrews, seperti dikutip Reuters.

Andrews mengatakan kamp  interniran skala besar dan dugaan kerja paksa merupakan beberapa alasan yang membuat sejumlah negara melayangkan kecaman terhadap China. Mereka termasuk parlemen Belanda dan Kanada, serta majelis tinggi Inggris dan pemerintah Amerika Serikat (AS).

Pada Februari, parlemen Kanada dan Belanda mendapat teguran dari Beijing karena mengeluarkan mosi tidak mengikat yang menyatakan bahwa tindakan terhadap minoritas Uighur merupakan genosida.

Andrews menjelaskan, banyak yang mempertanyakan tindakan Partai Komunis China telah melanggar konvensi genosida Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) 1948. Ia pun mendesak Australia untuk menegakkan hukum.

Belum diketahui kapan pemungutan suara atas mosi tersebut akan dilakukan.

Seorang anggota parlemen dari Partai Buruh, Anne Stanley telah menyatakan dukungannya. Ia mengungkap, lebih dari 3.000 orang Uighur yang tinggal di Australia menyatakan keputusasaan mereka.

"Kebanyakan orang Uighur Australia mengenal seseorang yang hilang atau tidak terdengar selama bertahun-tahun. Mereka yang di sini tidak tahu apakah mereka yang di sana masih hidup atau sudah mati," kata Stanley.

Hingga berita ini dirilis, belum ada komentar dari Kedutaan Besar China. Tetapi Beijing telah berulang kali membantah telah melakukan pelanggaran HAM terhadap minoritas Uighur. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA