Begitu yang disampaikan oleh pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah dalam diskusi virtual
RMOL World View bertajuk "Quo Vadis Demokrasi Myanmar" pada Senin (22/3).
Teuku menuturkan, ada banyak model yang dapat dipelajari oleh Indonesia dan ASEAN untuk menangani situasi di Myanmar saat ini, terutama dengan belajar dari pengalaman.
Di masa lalu, Teuku mengatakan, Indonesia pernah mengajukan diri untuk berbagi pengalaman berdemokrasi dengan Myanmar dengan cara tetap menghargai dan tidak merendahkan satu sama lain.
"(Ketika itu) wakil Indonesia bisa datang ke tempat Aung San Suu Kyi yang dirumahkan tanpa didampingi otoritas Myanmar. Tentunya ini bisa kita coba lagi," ujar Teuku.
Jika mereka menolak pemerintah untuk datang, ia mengatakan, Indonesia dapat berinisiatif mengundang tokoh-tokoh ASEAN sebagai warga sipil untuk berdialog dengan pihak Myanmar.
"Kenapa tidak Indonesia berinisiatif mengundang para sesepuh ASEAN yang pernah hidup di masa militer, di masa transisi militer ke sipil, dan sekarang integrasi militer dan sipil (di Myanmar)," jelas dia.
"Kita punya Mahathir Mohamad dari Malaysia. Dari Singapura, Lim Jock Hoi masih ada. Dari Filipina, Fidel Ramos masih ada. Dari Indonesia, Ibu Megawati yang saya pikir dilihat Aung San Suu Kyi sebagai model kepemimpinan, dan SBY yang membawa orde baru ke orde reformasi sekarang," jelas dia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: