Di Hsipaw di Negara Bagian Shan, nama-nama pengunjuk rasa yang tewas yang tertulis di kartu diletakkan di samping lilin.
"Kami roh tidak menginginkan junta," salah satu tulisan yang ada di sana.
Di tempat lain, balon berisi helium diterbangkan dengan membawa pesan yang menyerukan bantuan internasional. Pengunjuk rasa jalanan digantikan oleh mobil mainan atau boneka, beberapa dipimpin oleh potongan karton atau boneka boneka yang mengenakan pakaian.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyebut, setidaknya 261 orang meninggal dunia oleh kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan sejak kudeta militer pada 1 Februari.
Terbaru, tiga orang tewas di Mandalay selama kerusuhan pada Senin. Terdapat seorang bocah lelaki berusia 15 tahun di antara para korban, seperti dimuat
CNA.
Pada malam hari, pasukan keamanan melancarkan lebih banyak penggerebekan di beberapa wilayah di Yangon, Suara tembakan terdengar, dan beberapa orang dilaporkan terluka.
Kekacauan yang terjadi di Myanmar membuat sejumlah negara melayangkan sanksi untuk junta militer.
Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap 11 tokoh yang dianggap terlibat dalam kudeta, termasuk panglima tertinggi Jenderal Min Aung Hlaing.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan kepada wartawan sebelum pertemuan bahwa penindasan militer telah mencapai tingkat yang tak tertahankan. Sehingga langkah-langkah yang lebih kuat perlu dilakukan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: