Media lokal melaporkan, sebuah kekacauan terjadi di Mandalay pada Selasa (23/3) malam yang diwarnai aksi pembakaran barikade, penangkapan, penggerebekan rumah-rumah oleh pasukan keamanan, pemukulan dan senapan mesin yang terdengar di beberapa lingkungan.
Bangkok Post melaporkan, Rabu (24/3), ada tiga orang tewas dalam kejadian tersebut, termasuk Khin Myo Chit, bocah 7 tahum yang ditembak mati di rumahnya di Mandalay, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sebuah kelompok pemantau lokal.
Kelompok bantuan Save the Children dan AAPP keduanya mengatakan bahwa setidaknya 20 orang berusia di bawah 18 tahun tewas dalam tindakan keras tersebut.
“Kami ngeri bahwa anak-anak terus menjadi sasaran serangan fatal terhadap pengunjuk rasa damai ini,†kata Save the Children dalam sebuah pernyataan.
“Keselamatan anak-anak harus dilindungi dalam semua keadaan dan kami sekali lagi meminta pasukan keamanan untuk segera mengakhiri serangan mematikan terhadap pengunjuk rasa ini,†lanjutnya.
Badan amal itu mengatakan pihaknya juga sangat mengkhawatirkan "ratusan anak muda" yang ditahan.
Junta Myanmar pada hari Selasa mempertahankan tindakan keras selama tujuh minggu, bersikeras tidak akan mentolerir "anarki".
AAPP telah memverifikasi 275 kematian sejak kudeta, tetapi memperingatkan jumlah korban bisa lebih tinggi, dan mengatakan lebih dari 2.800 orang telah ditahan.
Namun, juru bicara Junta, Zaw Min Tun menyebutkan jumlah korban tewas lebih rendah menjadi 164, dan menyebut para korban sebagai "orang-orang teroris yang kejam" pada konferensi pers hari Selasa di ibu kota Naypyidaw.
Rezim tersebut telah melancarkan gelombang kekerasan yang mematikan saat berjuang untuk memadamkan protes nasional terhadap kudeta 1 Februari dan penangkapan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: