Para petinggi militer dari 12 negara memberikan pernyataan bersama untuk mengutuk penggunaan kekuatan mematikan oleh pasukan keamanan Myanmar. Itu merupakan pernyataan yang langka dikeluarkan oleh komandan militer.
Negara-negara tersebut adalah Australia, Kanada, Denmark, Jerman, Yunani, Italia, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Korea Selatan, Inggris dan Amerika Serikat.
Dalam pernyataan bersama itu, mereja menyebut militer Myanmar telah kehilangan kredibilitas.
"Sebagai Kepala Pertahanan, kami mengutuk penggunaan kekuatan mematikan terhadap orang-orang tak bersenjata oleh Angkatan Bersenjata Myanmar dan dinas keamanan terkait," ujar mereka, seperti dikutip
Reuters, Minggu (28/3).
Meski tidak secara eksplisit mengutuk kudeta pada 1 Februari, mereka mendesak militer Myanmar harus mengikuti standar internasional saat berperilaku dan bertanggung jawab untuk melindungi rakyatnya.
"Militer negara harus menghentikan kekerasan dan bekerja untuk memulihkan rasa hormat dan kredibilitas yang hilang melalui tindakannya terhadap rakyat Myanmar," lanjut mereka.
Bukan hanya menewaskan orang dewasa, pasukan keamanan juga merenggut nyawa beberapa anak pada hari paling berdarah sejak militer menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi.
Totalnya, sudah ada lebih dari 440 korban meninggal dunia sejak dimulainya gerakan pembangkangan sipil untuk menolak pemerintahan militer.
Hari Angkatan Bersenjata Myanmar merupakan hari penting yang menandai perjuangan melawan pendudukan Jepang. Terdapat delapan negara yang mengirim perwakilannya selama parade, yaitu Rusia, China, India, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Laos, dan Thailand.
Namun hanya Rusia yang satu-satunya mengirim pejabat tertinggi, yaitu wakil menteri pertahanan Alexander Fomin.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: