Kedutaan Besar AS lewat akun Twitter-nya, USEmbassyBurma, mengonfirmasi serangan tersebut. Belum diketahui siapa yang memberikan tembakan tersebut.
"Tidak ada yang cedera. Kami sedang menyelidiki insiden itu," ujar kedutaan.
Duta Besar AS untuk Myanmar, Thomas Vajda juga telah memberikan pernyataan atas insiden berdarah yang terjadi di Myanmar.
"Pada Hari Angkatan Bersenjata, pasukan keamanan membunuh warga sipil tak bersenjata, termasuk anak-anak, orang-orang yang dalam sumpah mereka akan dilindungi. Pertumpahan darah ini mengerikan," ujarnya.
"Ini bukanlah tindakan pasukan militer atau polisi profesional. Rakyat Myanmar telah menyatakan dengan jelas: mereka tidak ingin hidup di bawah aturan militer. Kami mendesak diakhirinya kekerasan dan dikembalikannya demokrasi pemerintahan terpilih," lanjutnya.
Selain menggunakan kekerasan pada warga sipil, tentara juga melakukan pertempuran dengan kelompok etnis bersenjata.
Jet militer telah menewaskan sedikitnya tiga orang dalam serangan di sebuah desa yang dikendalikan oleh kelompok bersenjata dari minoritas Karen, setelah faksi Serikat Nasional Karen sebelumnya mengatakan telah menyerbu sebuah pos militer di dekat perbatasan Thailand.
Mengutip
CNA, 114 orang meninggal dunia dalam satu hari akibat kekerasan pasukan keamanan. Sementara sejak kudeta pada 1 Februari, sedikitnya 440 orang dinyatakan tewas.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: