Dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Jumat (26/3) lalu, Biden mengusulkan agar negara-negara demokratis membuat megaproyek sendiri yang dapat menandingi Belt and Road Initiative (BRI) milik China.
Sebagai tindak lanjut,
The Sunday Times pada Minggu (28/3) melaporkan, Johnson telah bertemu dengan para politisi Inggris untuk mengumumkan bahwa Inggris akan ikut dalam rencana AS tersebut.
Johnson melakukan pembicaraan dengan lima politisi di Downing Street setelah China mengumumkan sanksi terhadap individu dan entitas di Inggris karena kritik London atas pelanggaran kemanusiaan di Xinjiang.
Sanksi dari Beijing itu merupakan balasan sanksi yang dijatuhkan oleh Inggris, bersama dengan AS, Uni Eropa, dan Kanada karena kerja paksa dan pelanggaran HAM terhadap minoritas Uighur di Xinjiang.
Beberapa politisi yang bertemu Johnson adalah anggota Parlemen Konservatif Sir Duncan Smith, Nus Ghani dan Tim Loughton, serta rekan sekutu Lord Alton dari Liverpool, dan Baroness Kennedy dari Partai Buruh.
Dalam pertemuan itu, Johnson menyampaikan rencana yang diusulkan oleh Biden. Di mana Washington menggambarkan China sebagai predator dan menerapkan diplomasi "perangkap utang" untuk melancarkan BRI.
“Kita perlu mencari alternatif agar negara punya pilihan. Barat perlu melakukan ini," ujar Johnson.
Johnson mengungkap, ia dan Biden telah setuju untuk menyalurkan ratusan juta pound untuk megaproyek saingan BRI.
"Kami harus menunjukkan kepada mereka bahwa China bukan satu-satunya pilihan. Kita perlu mengumpulkan koalisi global," ujar seorang anggota parlemen yang ikut dalam pertemuan itu.
BRI merupakan proyek ambisiur China untuk membangun infrastruktur yang dapat menghubungkan China dengan berbagai benua. Proyek itu sudah menarik lebih dari 100 negara, di mana China berinvestasi untuk membangun kereta api, pelabuhan, jalan raya, dan infrastruktur lainnya.
Pada pertengahan tahun lalu, lebih dari 2.600 proyek yang diperkirakan menelan biaya sekitar 3,7 triliun dolar AS telah dikaitkan dengan BRI.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: