Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat: Sudah Waktunya Biden Meluruskan Sejarah Dengan Membuat Pengakuan Genosida Armenia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 31 Maret 2021, 07:19 WIB
Pengamat: Sudah Waktunya Biden Meluruskan Sejarah Dengan Membuat Pengakuan Genosida Armenia
Presiden Joe BIden/Net
rmol news logo Pemerintah Biden dikabarkan akan mengakui Genosida Armenia. Pengakuan ini adalah keputusan yang sudah lama tertunda untuk memperbaiki kesalahan sejarah.

Emily Schrader, peneliti di Tel Aviv Institute mengatakan, pengakuan Genosida Armenia dari Pemerintah AS ini tidak hanya akan mengirimkan pesan yang diperlukan secara moral kepada orang-orang Armenia, tetapi juga akan mengirimkan pesan kepada dunia.

“Sudah saatnya membuka pengakuan!" ujar Schrader.

Jika saja negara adidaya seperti AS mengakui Genosida Armenia sejak awal, kita akan hidup dalam realitas yang berbeda hari ini, di mana negara-negara kecil tidak akan takut untuk mengakui fakta sejarah yang jelas yang merugikan orang yang hampir tersingkir, menurut Schrader.

“Benar-benar tidak masuk akal bahwa banyak  negara terus mengizinkan Turki menggunakan posisi geopolitiknya untuk menggertak negara lain agar menyangkal atau menolak untuk mengakui Genosida Armenia. Selama beberapa dekade, Turki telah secara aktif menekan orang-orang yang mengakui genosida di Turki itu sendiri, dan bahkan menghancurkan bukti-bukti. Bahkan memenjarakan para akademisi yang berani menyebut Genosida Armenia sebagai genosida,” tulis Schrader dalam opininya di The Jerusalem Post.

Genosida dipandang oleh banyak sejarawan sebagai Holocaust. Kurangnya pengakuan dari banyak pihak terutama dari AS dan penghilangan bukti-bukti menimbulkan kekhawatiran munculnya genosida di masa depan.

Sedangkan di Jerman, dunia menuntut pertanggungjawaban dan, saat ini, penolakan Holocaust adalah ilegal. Tetapi Turki membuatnya ilegal untuk tidak menyangkal Genosida Armenia, dan seluruh dunia terlibat dalam mengizinkannya untuk melakukannya.

Meskipun banyak bukti dan kesaksian, ada kontroversi mengenai pengakuan, karena penolakan keras Turki untuk menerima tanggung jawab atas pembantaian tersebut.

Dalam kasus Israel, pemerintah menolak untuk mengakui Genosida Armenia, karena hubungan politik yang tidak stabil dengan Turki.

Selama beberapa dekade, Turki telah memeras dan mengancam negara-negara jika mereka mempertimbangkan untuk mengakui Genosida Armenia. Schrader menilai, hal semacam itu justru bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan Israel secara politik.

“Israel (ketika itu) sangat bergantung pada Turki sebagai satu-satunya negara Muslim yang memiliki kerjasama dan hubungan diplomatik. Namun selama beberapa dekade, Turki semakin memusuhi Israel. Turki pun semakin sejajar secara geopolitik dengan Iran,” lanjut Schrader.

Untuk saat ini Israel mulai tidak terlalu bergantung lagi pada Turki, terutama dengan hubungan yang muncul dengan negara-negara Arab.

"Namun alih-alih mengakui Genosida Armenia dan secara tegas berdiri di sisi kanan sejarah, pemerintah Israel telah menjual habis orang-orang Armenia bahkan hingga hari ini, dengan menjual senjata ke Azerbaijan sementara mengebom kota-kota Armenia."

Pada 2019, Dewan Perwakilan Rakyat AS mengeluarkan Resolusi 401-11 yang mengakui Genosida Armenia, diikuti dengan keputusan bulat di Senat AS. Banyak presiden AS telah berjanji untuk mengakui Genosida Armenia, tetapi belum ada yang menepati janjinya sampai sekarang.

Awal bulan ini, sumber Gedung Putih menyatakan bahwa pemerintahan Biden akan mengakui Genosida Armenia dalam sebuah tindakan yang membenarkan kesalahan bersejarah. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA