Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Myanmar Makin Kacau, Kerabat Junta Militer Jadi Bulan-bulanan Warganet

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Kamis, 01 April 2021, 19:05 WIB
Myanmar Makin Kacau, Kerabat Junta Militer Jadi Bulan-bulanan Warganet
Aksi protes menolak kudeta militer di Myanmar/Net
rmol news logo Situasi di Myanmar semakin tidak terkendali. Kekerasan yang dilakukan oleh junta militer membekas di ingatan warga. Warga yang marah berusaha untuk balas dendam dengan menyasar kerabat anggota junta militer.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Di media sosial, warganet memburu orang-orang yang memiliki ikatan keluarga dengan militer dan melancarkan "hukuman sosial".

Dikutip dari AFP pada Kamis (1/4), hampir 170 orang diidentifikasi sebagai kerabat junta dan telah dicap sebagai "pengkhianat" oleh warganet.

Sebuah halaman Facebook kampanye online pembalasan dendam itu memiliki 67 ribu pengikut. Di sana terdapat rincian informasi kerabat junta, meliputi tempat kerja, sekolah, hingga akun media sosial mereka.

"Kami di sini untuk menghukum keluarga militer atau orang-orang yang mendukung militer. Jangan pernah memaafkan, jangan pernah lupa!" tulisan di halaman Facebook itu.

Facebook telah menutup halaman tersebut karena melanggar standar kebijakan, namun halaman lain yang serupa bermunculan.

"Kami akan terus memantau situasi di lapangan di Myanmar," kata seorang juru bicara Facebook.

Media lokal melaporkan, serangan balas dendam itu membuat beberapa kerabat junta terpaksa menutup bisnis mereka. Bahkan seorang mahasiswa di Jepang berhenti kuliah.

Seorang warga Myanmar yang tinggal di Singapura, Cho Yee Latt berpendapat, hukuman sosial akan meningkatkan tekanan terhadap junta.

Ia pun menyoroti bagaimana kerabat junta hidup dengan tenang di luar negeri dan memberikan dukungan untuk kudeta.

"Kita harus menghancurkan sistem yang rusak ini. Saya hanya khawatir orang miskin Myanmar yang dibunuh dan ditangkap. Keluarga militer tinggal di luar negeri, mereka menjalani gaya hidup kelas atas, mereka tidak akan stres sama sekali," ujar Cho.

Seorang dokter yang merupakan putra dari Menteri Perdagangan Pwint San, Bryan Paing Myo Oo ikut menjadi sasaran warganet.

Tetapi dalam sebuah program televisi, ia menyatakan dukungannya untuk kampanye hukuman sosial. Ia juga mendesak ayahnya untuk berhenti mendukung kudeta.

"Saya mengirim sms kepadanya: 'Ayah, Anda harus berhenti sekarang. Jika tidak, Anda akan kehilangan saya selamanya sebagai putra Anda.'," ujar dia.

"Saya tidak menyalahkan orang karena melakukan hukuman sosial karena orang-orang ditembak mati secara brutal di jalan-jalan, dan ini adalah satu-satunya senjata yang dimiliki warga sipil," tambahnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA