Dalam sebuah pernyataan bersama yang dirilis pada Sabtu (3/4), Kementerian Luar Negeri Jerman dan Prancis meminta semua piha k untuk menahan diri.
"Kami memantau dengan cermat situasi, terutama pergerakan pasukan Rusia, dan menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dan bekerja menuju penurunan ketegangan segera," ujar keduanya, seperti dikutip
Deutsche Welle.
Baik Berlin maupun Paris kemudian menegaskan kembali dukungan mereka atas kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina.
Peningkatan ketegangan terjadi di wilayah Donetsk dan Lugansk, yang keduanya berada di Donbas. Ukraina menuding Rusia telah mengerahkan ribuan pasukannya ke perbatasan dan melanggar gencatan senjata.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) telah mencatat ratusan pelanggaran gencatan senjata dalam beberapa hari terakhir, termasuk 493 pada 26 Maret saja.
Pada Sabtu, serangan pesawat tak berawak Ukraina menewaskan seorang bocah lelaki berusia 5 tahun dan melukai neneknya yang berusia 66 tahun di sebuah desa, sekitar 15 kilometer dari garis depan di timur Ukraina.
Ukraina juga melaporkan kematian salah satu tentaranya dalam ledakan ranjau.
"Seorang tentara dari Pasukan Gabungan menerima cedera yang tidak sesuai dengan nyawa," kata militer Ukraina.
Ukraina telah memerangi separatis pro-Rusia di Donbas sejak 2014, menyusul perubahan pemerintahan di Kyiv dan pencaplokan Semenanjung Krimea oleh Moskow. Konflik tersebut telah merenggut lebih dari 13.000 nyawa.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: