Keprihatinan tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan pada Minggu (4/4) waktu setempat.
"Kami prihatin atas peristiwa yang dimulai dengan penahanan beberapa individu di Yordania dengan alasan bahwa mereka menimbulkan ancaman bagi stabilitas negara," kata pernyataan tersebut, seperti dikutip dari
Anadolu Agency.
Pada Sabtu (3/4), mantan Putra Mahkota Yordania Hamzah bin Al-Hussein dan mantan kepala Pengadilan Kerajaan Yordania Bassem Ibrahim Awadallah termasuk di antara sekitar 20 orang yang diduga ditahan dengan alasan bahwa mereka mengancam stabilitas Yordania.
Pangeran Hamzah bin Al-Hussein adalah putra mahkota pada 1999-2004 sebelum putra tertua Raja Abdullah II, Hussein bin Abdullah, diangkat ke posisi tersebut.
Memperhatikan bahwa Yordania adalah negara kunci untuk perdamaian di Timur Tengah, kementerian mengatakan stabilitas dan perdamaian sama pentingnya dengan Turki.
Meski prihatin, Turki juga menyatakan 'dukungan kuat' untuk perdamaian, kemakmuran, dan kesejahteraan Raja Abdullah II, pemerintah Yordania, dan rakyatnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: