Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menengok Kemesraan Indonesia-Korea Utara Di Lembaran Sejarah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Rabu, 07 April 2021, 19:43 WIB
Menengok Kemesraan Indonesia-Korea Utara Di Lembaran Sejarah
Presiden Korea Utara Kim Il Sung disambut Presiden Soekarno di Bandara Kemayoran/Net
rmol news logo Indonesia dan Korea Utara merupakan dua negara yang sudah memupuk persahabatan sejak awal kemerdekaan masing-masing.

Jika mau menengok lembaran sejarah, Bapak Bangsa Presiden Soekarno alias Bung Karno pernah melakukan kunjungan resmi nan bersahabat ke Pyongyang pada akhir tahun 1964.

Sebenarnya, Bung Karno sudah lebih dulu mengundang Pemimpin Tertinggi Republik Rakyat Demokratik Korea atau Korea Utara, Kim Il Sung, untuk menghadiri perayaan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1964.

Namun, karena situasi saat itu menyebabkan Kim Il Sung baru bisa menginjakan kaki di Indonesia sebagai kunjungan balasan pada April 1965. Kunjungan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan momen Peringatan 10 Tahun Konferensi Asia-Afrika.

Semula, Kim Il Sung dijadwalkan melakukan lawatan ke Indonesia pada tanggal 7 April 1965. Namun karena satu dan lain hal, kunjungan diundur menjadi tanggal 10 April 1965.

Indonesia Sambut Kunjungan Kim Il Sung Dengan Tangan Terbuka

Melihat kembali momen saat itu, Indonesia menyambut kedatangan Kim Il Sung dengan tangan terbuka. Ibukota pun ikut bersolek.

Sementara itu, antusiasme yang tinggi dari warga Indonesia pun terlihat sejak kedatangannya di Lapangan Terbang Kemayoran, Jakarta.

Ratusan ribu orang yang terdiri dari berbagai kalangan masyarakat, seperti pelajar, anggota partai, ormas hingga masyarakat umum berjejeran menanti untuk menyambut kedatangan tamu dari Korea Utara.

Suasana tersebut semakin akrab dengan banyak warga yang membawa foto kedua pemimpin negara bersamaan dengan spanduk-spanduk bertuliskan antara lain “Menyambut Perdana Menteri Kim Il Sung dan rombongan” serta "Hidup Persahabatan Rakyat Indonesia dan Korea”.

Kim Il Sung Sendiri mendarat di Indonesia pada siang hari pukul 13.10 dengan dikawal satu skuadron pesawat tempur Angkatan Udara RI.

Kim Il Sung yang mengenakan setelan jas abu-abu dan topi putih dengan wajah berseri-seri turun dari pesawat dan segera disambut dengan hangat oleh Soekarno.

Dalam kunjungan ke Indonesia, Kim Il Sung mengajak serta sederet pejaba tinggi Korea Utara seperti Menteri Luar Negeri Pak Song Chol.

Ada sosok lain yang juga tidak kalah menarik perhatian yang ikut serta dalam kunjungannya saat itu. Dia adalah putra sang pemimpin, Kim Jong Il yang masih muda.

Setelah tegur sapa hangat tersebut, lagu kebangsaan pun dikumandangkan, sebelum akhirnya Kim Il Sung menerima penghormatan militer dentuman meriam 21 kali.

Dalam pidato sambutannya di Kemayoran, Soekarno mengatakan selamat datang kepada tamu sekaligus sahabatnya tersebut. Dia menjelaskan bahwa Indonesia saat itu sedang berjuang keras membangun dunia baru tanpa penindasan.

Pada kesempatan yang sama, Kim Il Sung juga menyampaikan pidatonya dan mengatakan bahwa Korea Utara siap bahu-membahu dengan Indonesia dalam perjuangan bersama. Selain itu, dia juga menyatakan kegembiraannya akhirnya bisa datang ke Indonesia yang indah dan bisa melihat hasil-hasil pembangunannya.

Selepas pidato, kedua pemimpin negara itu berjalan menuju mobil melewati Gapura Bhinneka Tunggal Ika, yakni barisan gadis Indonesia yang mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah Nusantara.

Sebagai bentuk sambutan lainnya, Kim Il Sung juga mendapatkan kalungan bunga melati dari salah satu gadis di barisan tersebut.

Kedua pemimpin menaiki satu mobil yang sama menuju Istana Negara.

Di sepanjang perjalanan, antusiasme warga Indonesia tidak juga surut. Ribuan orang berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut kedua pemimpin tersebut.

Sore hari itu juga, Kim Il Sung dan rombongan melakukan kunjungan kehormatan ke Istana Negara.

Dalam acara ini, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Bintang Republik Kelas 1 kepada Kim Il Sung dan Bintang Republik Kelas 2 kepada Menteri Luar Negeri Pak Song Chol. Adapun beberapa delegasi Korea lain memperoleh Bintang Mahaputra Kelas 2, termasuk Dubes Korea Utara untuk Indonesia.

Acara di Istana Negara tersebut dimeriahkan oleh pertunjukan kesenian berupa tari-tarian Indonesia seperti Tari Kipas dan lagu "Maju Tak Gentar".

Pada kesempatan yang sama, rombongan Kim Iil Sung dibuat berdecak kagum dengan penampilan seniman Indonesia yang menyanyikan lagu Jenderal Kim Il Sung dalam bahasa Korea yang baik.

Seperti halnya lawatan Sukarno di Korea, kunjungan Kim Il Sung ini pun ditandai intensitas pertemuan keduanya.

Pada hari pertama, setelah acara pemberian bintang, malam harinya langsung digelar jamuan makan malam kenegaraan. Pada kesempatan ini, Sukarno antara lain menyatakan kekagumannya atas produksi beras Korea dan kedisplinan pandu di negara itu. Sementara itu, Kim Il Sung menekankan pentingnya peran Indonesia dalam membangun solidaritas Asia-Afrika.

Hadiah Bunga Kimilsungia

Dalam lawatan resmi tersebut, Kim Il Sung menghabiskan waktu 10 hari di Indonesia. Dia melakukan sederet kunjungan dengan jadwal padat selama berada di Indonesia.

Dia sempat melakukan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata serta memberikan pidato di Akademi Ilmu Sosial Ali Archam dengan judul “Tentang Pembangunan Sosialis di Republik Rakyat Demokratik Korea dan Revolusi Korea Selatan”.

Bukan hanya itu, Kim Il Sung. juga bertandang ke Bandung untuk Peringatan 10 tabun Konferensi Asia Afrika.

Dia juga sempat hadir dalam pembukaan sidang ketiga MPRS. Dalam acara ini, Sukarno sekali lagi menyatakan kekagumannya kepada Korea Utara yang berhasil membangun perekonomian yang mandiri.

Seusai sidang, Kim Il Sung diajak Soekarno untuk berkeliling Kota Bandung. Di sepanjang jalan, ribuan warga berjejer untuk menyapa kedua pemimpin tersebut.

Setelah berkeliling, keduanya pun turun di Balaikota Bandung. Saat Kim Il Sung turun dari mobil, seorang anggota pramuka maju memasangkan dasi, lencana, dan topi pramuka kepadanya sebagai bentuk penghormatan.

Malam harinya, Kim Il Sung dijamu dengan pertunjukan kesenian khas Jawa Barat.

Besok harinya, Kim Il Sung dan rombongan kembali ke Jakarta melalui jalan darat. Rencananya, mereka akan bermalam di Istana Bogor.

Namun Kim Il Sung dan rombongan sempat singgah sebentar di Istana Cipanas dan di Riung Gunung, Puncak.

Sementara itu, selama menginap di Bogor, Kim Il Sung sempat menerima ribuan pelajar dan pramuka. Seperti biasa, selain jamuan, digelar juga pertunjukan kesenian. Lagu yang dibawakan kala itu antara lain "Waktu Potong Padi", sementara tariannya adalah "Tari Tenun" dan "Onghaeya" dari Korea Utara. Di akhir pertunjukan, seniman dari dua negara menyanyikan lagu "Jenderal Kim Il Sung" dan "Bung Karno Siapa yang Punya".

Dari sekian acara di Bogor, yang kemudian menjadi sorotan utama adalah kunjungan ke Kebun Raya Bogor. Kunjungan tersebut menjadi sangat bersejarah karena Soekarno memberikan bunga anggrek yang diberinama bunga Kimilsungia sebagai hadiah bagi sahabatnya.

Bunga ini kemudian menjadi salah satu jembatan persahabatan antara kedua negara yang masih terus lekat hingga saat ini.

UlangTahun Kim Il Sung Ke-53

Kunjungan Kim Il Sung ke Indonesia menjadi lebih istimewa lagi karena hari ulang tahunnya yang ke-53 dirayakan di Indonesia. Pada pagi 15 April 1965, Bung Karno mendatangi Gedung Tamu Negara untuk memberikan ucapan selamat. Hal-hal semacam inil mungkin secara protokoler kurang lazim, tetapi justru menunjukkan betapa dekatnya mereka.

Hari bahagia itu menjadi lebih menyenangkan setelah Bung Karno memberi tahu bahwa pemerintah Indonesia dan Komisi Pemberian Gelar Universitas Indonesia sepakat memberikan gelar Doktor Honoriscausa dalam bidang Keinsinyuran kepada Kim Il Sung.

Upacara penganugerahan gelar dilangsungkan di Istana Negara pada sore harinya.

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Indonesia Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro menyatakan bahwa gelar Doctor Honoriscausa ini hanya diberikan kepada orang yang telah memberikan jasa luar biasa bagi umat manusia dan ilmu pengetahuan.

“Hari ini kami mendapatkan kehormatan yang luar biasa bisa memberikan gelar ini kepada Yang Mulia Perdana Menteri Kim Il Sung,” kata Soemantri, pada saat itu.

Kim Il Sung menyelesaikan lawatannya di Indonesia pada 20 April 1965. Upacara pelepasan tamu negara dilangsungkan di Lapangan Terbang Kemayoran.

Bung Karno agaknya belum rela betul melepas sahabatnya. Sampai-sampai dalam pidatonya ia berujar, “Kalau tidak takut dianggap lancang, ingin saya membanderol roda-roda pesawat agar sahabatku Yang Mulia Kim Il Sung masih berada di sini,". rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA