Dialog dimulai pada Rabu pagi (7/4), menyusul dua putaran sebelumnya pada Juni dan Agustus 2020.
Penasihat Keamanan Nasional untuk Perdana Menteri Irak, Qassem Al-Araji mengungkap, kedua belah pihak memutuskan perang melawan ISIS akan dilakukan secara eksklusif oleh pasukan Irak.
Dengan begitu, maka tidak akan ada lagi pangkalan militer asing yang berada di Irak.
"Kedua pihak sepakat bahwa tidak akan ada pangkalan militer (asing) di Irak. Washington berjanji untuk menarik sejumlah besar militernya dari Irak," kata Al-Araji, seperti dikutip
Sputnik.
Di samping itu, koalisi pimpinan AS juga akan menyerahkan beberapa pangkalan militer dan lapangan udaranya ke Irak.
Awal tahun lalu, parlemen Irak memilih untuk mengakhiri kehadiran semua pasukan asing di wilayahnya. Itu dilakukan setelah AS meluncurkan pesawat tak berawak untuk menyerang konvoi militer di dekat Bandara Internasional Baghdad yang menewaskan komandan senior Iran, Qasem Soleimani.
Perdana Menteri Irak, Mustafa Al-Kadhimi mengatakan, potensi layanan keamanan nasional telah meningkat secara signifikan, sehingga pihaknya tidak lagi membutuhkan pasukan asing.
Washington sendiri menanggapi keputusan itu dengan komitmen akan terus menguragi pasukannya.
Pada dialog putaran kedua, AS dan Irak sepakat membentik kelompok khusus yang bertugas menentukan jadwal penarikan lengkap pasukan koalisi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: