Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mantan Wamenlu RI: Diplomat Tidak Bekerja Di Ruang Hampa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Kamis, 08 April 2021, 17:33 WIB
Mantan Wamenlu RI: Diplomat Tidak Bekerja Di Ruang Hampa
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI Dr. A. M. Fachir dalam webinar politik internasional dan launching buku yang diselenggarakan oleh FISIP UIN Jakarta/RMOL
rmol news logo Mengemban tugas sebagai diplomat, alias perwakilan negara di luar negeri tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada tantangan dan kewajiban serta peran berat yang harus dipenuhi, sejalan dengan kepentingan nasional yang dibawa serta.

"Tidak gampang memobilisasi atau mensinergikan berbagai macam pelaku-pelaku terutama d dalam negeri," ujar mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI Dr. A. M. Fachir dalam webinar politik internasional dan juga launching buku berjudul "Diplomasi, Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara" yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis (8/4).

Sebagai informasi, buku tersebut ditulis oleh belasan diplomat unggul tanah air yang membagikan pengalaman seerta pelajaran menarik yang mereka hadapi semasa bertugas di negara di mana mereka bertugas.

Ruh diplomat pada konstitusi hingga ayat suci

Fachir menjabarkan bahwa diplomat sebagai salah satu penyelenggara negara, memiliki tugas yang diamanatkan dalam UUD 1945.

"Amanat konstitusi sebagaimana tercantum pada alinea empat UUD 1945, ada empat misi yang diamanatkan oleh konstitusi kepada penyelenggara negara," jelasnya.

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial," kutipnya.

Fachir menjelaskan, sesuai dengan amanat tersebut, maka Indonesia harus menjadi anggota masyarakat internasional yang baik dan juga kontributif.

Dia bahkan mengutip penggalan ayan suci Al Quran Surat Al Hujurat ayat 13 yang memiliki makna mendalam mengenai hubungan antar sesama.

"(Arti dari ayat tersebut adalah) Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal," kutip Fachir.

"Ada perintah untuk saling kenal-mengenal, saya memaknainya sebagai berinteraksi," sambungnya.

Ayat itu tidak berhenti sampai disitu.

"... bahwa sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Tuhan adalah yang paling takwa," tambahnya.

Ayat tersebut sejalan dengan ruh dari diplomasi, yakni untuk melakukan interaksi dengan baik dan memberikan kontribusi positif.

"Dengan demikian, kiita harus memposisikan diri sebagai masyarakat internasional yang baik," jelasnya.

Politik luar negeri ala Indonesia

Sejalan dengan amanat konstitusi, jelas Fachir, maka siapapun presiden atau menteri luar negeri yang tengah memimpin, maka mereka tetap mengemban empat amanat yang sama.

"Mereka harus mampu melaksanakan amanat tersebut dan menerjemahkannya ke dalam politik luar negeri, hubungan dan kerjasama luar negeri dan juga diplomasi," paparnya.

Lebih lanjut Fachir menjelaskan soal politik luar negeri Indonesia yang khas.

"Ini yang membuat beda politik luar negeri kita dengan teori- teori yang umum berlaku; kita selalu mengedepankan kemaslahatan daripada sekedar kepentingan nasional," jelas Fachir.

Dengan prinsip seperti ini, kerap kali publik keliru mempeprsepsikan Indonesia kalah atau mengalah.

"Padahal sebenarnya kita sangat konsisten pada prinsip kita sebagai anggota masyarakat internasional yang baik dan kontributif, serta sebagai part of the solution," terangnya.

Sebagai ilustrasi, hal ini bisa dilihat pada lembaran sejarah di mana Indonesia mengambil peranan penting dan memberikan kontribusi nyata bagi hubungan internasional.

"Kita lihat, 10 tahun pasca kemerdekaan, Indonesia menggelar Konferensi Asia-Afrika. 12 tahun pasca kemerdekaan, kita sudah menjadi negara penyumbang pasukan perdamaian dan sekarang masuk sebagai salah satu dari 10 negara penyumbang pasukan perdamaian terbesar, itu amanat konstitusi," terang Fachir.

Pada isu regional, Indonesia juga berperan aktif dalam memprakarsai berdirinya ASEAN.

Sedangkan pada konteks saat ini, Indonesia juga mendorong distribusi vaksin yang adil serta lantang menolak politisasi vaksin.

"Ini adalah ciri khas politik luar negeri Indonesia," sambungnya.

Diplomat tidak bekerja di ruang hampa

Sederet peran aktif Indonesia di tataran global maupun dalam konteks hubungan bilateral tersebut tidak lepas dari peran banyak pihak, termasuk diplomat.

Fachir menjelaskan bahwa diplomat bukanlah orang yang melulu bekerja di balik meja.

" Diplomat tidak bekerja di ruang hampa. Dia akan selalu memposisikan diri sebagai fasilitator," kata Fachir.

"Diplomat tidak bisa, katakanlah, berdagang, tapi dia memfasilitasi pedagang," sambungnya.

Dia mengingatkan bahwa tugas diplomat sebagai perwakilan negara di luar negeri adalah memfasilitasi keberhasilan misi anak bangsa di luar negeri.

"Oleh karena itu, prasyarat yang harus dimiliki oleh diplomat adalah dia harus memiliki networking yang luas untuk membantu dia memfasilitasi misi anak bangsa," tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA