Anggota parlemen Uni Eropa meminta dua pejabat tinggi blok itu untuk menjelaskan skandal diplomatik yang semakin membesar yang membuat Ketua Komisi UE, Ursula von der Leyen, tidak diberi tempat duduk dalam pertemuannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (7/4).
Peristiwa yang akhirnya menjadi kehebohan itu dijuluki skandal 'sofagate' yang kemudian dikaitkan dengan spekulasi atas sikap Ankara terhadap perempuan, Uni Eropa, seksisme, dan perselisihan politik internal antara Turki danblok tersebut.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu mengatakan Turki dan Presiden Erdogan telah mendapat kecaman yang sangat tidak adil atas peristiwa itu, sementara tidak ada pihak yang menyalahkan UE. Padahal, pengaturan tempat duduk itu dirancang untuk memenuhi tuntutan dan saran-saran dari pihak UE.
“Pengaturan tempat duduk dibuat sesuai dengan saran UE. Titik. Kami tidak akan mengungkapkan fakta ini seandainya tidak ada tuduhan terhadap Turki,†kata Cavusoglu kepada wartawan, seperti dikutip dari
AFP, Kamis (8/4).
Pertemuan dua pejabat UE dengan Erdogan terjadi pada saat yang sulit. UE dan Turki tengah berupaya membangun kembali hubungan yang diguncang oleh ketegangan baru.
Von der Leyen, kepala perempuan pertama Komisi Eropa, menekankan kekhawatiran Brussel atas hak-hak perempuan setelah Erdogan menarik diri dari Konvensi Istanbul tentang pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: